CICIH, S.Pd.
Kamis, 17 Oktober 2013
PENGGUNAAN METODE RESIPROKAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SERVICE BAWAH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MEKARSARI, KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS.
A. Judul
PENGGUNAAN METODE RESIPROKAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SERVICE BAWAH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MEKARSARI,
KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS.
B. Nama Penulis
Cicih, S.Pd. (Guru Penjasorkes SD
Negeri 1 Mekarsari, Kec. Cimerak)
C. Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci:
Kemampuan Siswa, Service Bawah, dan
Metode Resiprokal
Penelitian yang berfokus pada upaya
guru meningkatkan kemampuan service
bawah pada siswa melalui penggunaan metode resiprokal. Melalui upaya ini
diharapkan proses dan hasil belajar siswa menjadi lebih bermakna daripada
sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011. Waktu
pelaksanaannya, lebih kurang satu bulan, yakni pada bulan April 2010. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan kelas, yang
alurnya terdiri atas merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan,
mengobservasi pelaksanaan tindakan, dan merefleksi hasil tindakan. Hasil
refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan. Adapun data penelitian
berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan
hasil menulis. Instrumen pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan
lapangan, dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik kualitatif pendekatan mengalir,
meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data.
Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa. Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat
menyimpulkan bahwa metode resiprokal dapat meningkatkan
kemampuan service bawah pada siswa
kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun
Pelajaran 2010/2011.
D.
Pendahuluan
a. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,
stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani dan olahraga. Di dalam intensifikasi penyelengaraan
pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur
hidup, peranan pendidikan jasmani adalah sangat penting, yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara
sistematis.
Pendidikan jasmani berfungsi sebagai
media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,
pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai
(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang
bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang,
Nurhasan (2005: 6). Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai
ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta
berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani,
kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak
manusia.
Dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik
dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas,
jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat.
Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang
bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual,
emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan
sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai
tujuan pengajaran. Berdasarkan penjelasan di atas maka pendidikan jasmani dapat
didefenisikan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani, yang
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional,
dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani adalah salah satu
komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah dan pentingnya pendidikan
jasmani karena memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan manusia
seutuhnya, yang tidak hanya berdampak positif pada fisik melainkan juga dapat
berdampak positif pada mental, intelektual, emosional maupun sosial seorang
siswa.
Dalam mencapai tujuan pendidikan
jasmani, banyak faktor pendukung yang diperlukan antara lain; faktor guru
sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana
prasarana, dan juga metode pembelajarannya. Metode yang dipilih dan
diperkirakan harus cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori atau praktek
keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan
perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal.
Sikap dan perilaku sehat pada siswa dapat terbentuk dengan meningkatkan
partisipasi siswa secara aktif dalam segala bentuk aktivitas olahraga termasuk
olahraga permainan seperti permainan bolavoli.
Permainanan bolavoli merupakan permainan
yang gerakannya cukup kompleks, yaitu gabungan dari jalan, lari, lompat dan
unsur kekuatan, kecepatan, kelenturan, dan unsur lainnya. Untuk melakukan
gerakan-gerakan dalam permainan bolavoli secara baik diperlukan kemampuan fisik
yang baik. Dengan kondisi fisik yang baik akan memudahkan melakukan
gerakan-gerakan yang lebih kompleks dan memudahkan menguasai teknik-teknik
dasar permainan bolavoli, seperti teknik service dan passing. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pembinaan sejak usia dini. Salah satunya, yaitu dapat dilakukan
melalui pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.
Permainan bolavoli merupakan permainan
yang sudah populer di Indonesia, sudah dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat
bahkan sudah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional sebagai materi pelajaran
wajib untuk siswa, mulai kelas IV SD sampai tingkat SMU. Namun demikian
tuntutan kemampuan yang diharapkan dari cabang olahraga bolavoli ini untuk
tingkat SD sampai sekarang masih jauh dari yang diharapkan. Hasil pengamatan di
beberapa SD bahwa salah satu masalah utama dalam pembelajaran olahraga
permainan bolavoli ini umumnya dan khususnya pelaksanaan pembelajaran
keterampilan teknik dasar servis, passing adalah belum efektifnya pelaksanaan
proses pembelajarannya. Tentu dengan kondisi ini akan berimplikasi terhadap
menurunnya kualitas hasil pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Ada beberapa faktor penyebab dari keterpurukan tersebut, yaitu terbatasnya
sumber-sumber yang digunakan guru untuk mendukung proses pembelajaran
pendidikan jasmani dan terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani.
Metode mengajar adalah suatu cara
penyajian materi pembelajaran yang dilakukan secara sistematis untuk mendorong
tercapainya tujuan pengajaran dalam suatu proses membuat orang belajar atau
manipulasi lingkungan. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani ada beberapa macam
metode mengajar yang seharusnya digunakan. Moston (1994:5) mengemukakan bahwa
metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu metode mengajar langsung dan
metode mengajar tak langsung. Metode mengajar langsung adalah peran guru lebih
banyak (teacher centered) yang meliputi lima macam metode yaitu: metode
komando, metode latihan, metode resiprokal, metode self check, dan
metode inklusi. Metode mengajar tidak langsung meliputi: metode penemuan
terpimpin, metode penemuan konvergen, metode eksplorasi, metode divergen
production.
Metode mengajar yang dilakukan oleh guru
dalam praktek pembelajaran pendidikan jasmani umumnya dan permainan bolavoli
khususnya, cenderung tradisionil. Keterampilan menggunakan metode mengajar yang
dilakukan oleh para guru pendidikan jasmani untuk menangani kegiatan praktek
olahraga bolavoli masih jauh dari yang diharapkan. Model metode mengajar yang
dipergunakan cenderung berpusat pada guru, di mana para siswa melakukan
gerakan-gerakan atau latihan keterampilan berdasarkan intruksi guru.
Latihan-latihan atau keterampilan berdasarkan inisiatif siswa hampir tidak
pernah dilakukan. Pengalaman menunjukkan, menerapkan metode yang berpusat pada
guru dalam mengajarkan teknik dasar bermain bolavoli, siswa terlihat kurang
merangsang semangat belajarnya, cepat bosan atau jenuh, menurunnya minat siswa
untuk mengikuti pendidikan jasmani umumnya, bermain bolavoli khususnya dan
bahkan dengan metode tersebut kurang meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain
bolavoli. Padahal dalam pembelajaran pendidikan jasmani hal yang esensial
adalah mengutamakan unsur bermain, kegembiraan, pedagogis, membina kesehatan
dan rasa percaya diri bagi siswa dalam bersosial supaya siswa-siswa tidak
bosan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas, sangat diperlukan
inovasi dan kreatifitas oleh guru terutama dalam menentukan metode mengajar
yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Peran guru pendidikan
jasmani dalam upaya membina siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
menguasai teknik-teknik dasar bermain bolavoli sangat tergantung pada
kreatifitas guru dalam memilih dan menentukan metode.
Penentuan dan penerapan metode mengajar
yang tepat dalam proses belajar mengajar sangat penting dengan situasi belajar.
Dikatakan penting karena semakin tepat metode yang digunakan maka akan semakin
efektif untuk mencapai tujuan belajar. Pertimbangan dalam menentukan dan
menerapkan metode mengajar tentu harus memperhatikan dalam kondisi bagaimana dan
dimana proses belajar mengajar dilaksanakan serta bagaimana karakteristik dari
materi pelajaran.
Karakteristik permainan bolavoli
terlihat dari unsur-unsur gerak yang terdapat di dalamnya. Unsur gerak
permainan bolavoli sangat jelas kelihatan ketika seseorang melakukan teknik
dasar dalam permainan bolavoli. Teknik-teknik dasar dalam permainan bolavoli
sebagaimana disebutkan Beutelstahl (1986:9), ada 6 (enam) yaitu : (1) servis;
(2) pass bawah; (3) pass atas; (4) smas; (5) blok; (6) pertahanan. Dan Druwachter
(1990: 82) mengemukakan, “tahap awal permainan bolavoli sudah memadai apabila
pemain telah menguasai teknik dasar yang terdiri dari service dan
passing. Dari penjelasan di atas, tentang macam-macam teknik dalam permainan
bolavoli, teknik servis dan passing
merupakan keterampilan paling dasar dalam permainan bolavoli. Dikatakan
keterampilan paling dasar karena servis adalah pukulan pertama dalam permainan
bolavoli, tanpa servis permainan tidak akan dapat dimulai, servis juga bisa
digunakan cara untuk menyerang dalam menambah angka. Dan passing adalah
mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya untuk dimainkan di
lapangan sendiri. Dengan menguasai teknik passing dalam permainan bolavoli,
seorang pemain akan dapat bertahan dari servis tajam dan kuat serta dapat
memberikan umpan yang tepat keteman regu.
Servis dan passing merupakan teknik
dasar dalam dalam permainan bolavoli, namun sulit dipelajari, lebih-lebih untuk
siswa yang belum terampil. Karenanya perlu dirancang sebuah metode mengajar
yang sesuai supaya siswa mudah mempelajarinya, mengelola siswa dan mengkemas
metode mengajar dengan bahan ajar secara menarik yang bisa merangsang minat
belajar siswa dan siswa tidak merasa jenuh. Agar metode mengajar yang akan
diterapkan dapat dirancang dengan baik, terlebih dahulu perlu dikaji
faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan teknik dasar servis dan passing
dengan baik dalam permainan bolavoli. Dimana, Faktor-faktor yang mempengaruhi
keterampilan teknik dasar servis dan passing dengan baik dalam permainan
bolavoli, diperlukan unsur-unsur kondisi fisik seperti : kekuatan, kecepatan,
kelenturan, keseimbangan, ketepatan, daya tahan, kelincahan, koordinasi dan
daya ledak otot tungkai.
Melihat perkembangan olahraga bolavoli
tersebut dan pentingnya peranan metode mengajar yang sesuai dalam meningkatkan
keterampilan teknik dasar dalam permainan bolavoli. Maka perlu untuk menentukan
metode pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam
penguasaan keterampilan teknik dasar servis bawah dan passing dalam permainan bolavoli. Maka dalam penelitian tindakan
kelas ini akan dicobakan metode mengajar yang diterapkan dalam proses
pembelajaran keterampilan servis bawah, yaitu metode mengajar resiprokal.
b.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, apa yang menjadi pokok masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
langkah-langkah meningkatkan kemampuan servis bawah melalui penggunaan metode
resiprokal pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari?
2. Apakah
terdapat peningkatan kemampuan servis bawah pada siswa kelas V SD Negeri 1
Mekarsari setelah digunakan metode resiprokal?
c.
Cara
Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran servis bawah digunakan metode resiprokal. Penggunaan metode
ini sebagai upaya mengatasi timbulnya persoalan yang tidak diinginkan, seperti telah disebutkan pada uraian
latar belakang masalah. Metode mengajar resiprokal merupakan
metode mengajar di mana terdapat perubahan dalam membuat keputusan dari guru ke
siswa. Siswa bertanggung jawab untuk mengobservasi penampilan dari teman dan
memberikan umpan balik setiap kali melakukan gerakan dengan menggunakan lembar
tugas sebagai evaluasi, dengan tujuan untuk membantu siswa apakah gerakan yang
dilakukan sudah sesuai dengan contoh yang ada pada lembar tugas tersebut.
d.
Tujuan
Penelitian
Bertolak dari pokok masalah yang
telah dirumuskan, maka dilakukannya penelitian ini tidak lepas dari tujuan
sebagai berikut.
- Untuk memperbaiki kinerja guru dalam mengelola KBM servis bawah.
- Untuk memperbaiki kinerja siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran servis bawah.
- Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan KBM Penjas di sekolah, agar member dampak positif pada meningkatnya prestasi belajar siswa dalam berbagai bidang keolahragaan yang dipelajari di sekolah dasar khususnya.
e.
Hipotesis
Tindakan
Penelitian
tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan
mengikuti prosedur perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus penelitian
tindakan kelas tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan siswa dalam
menguasai service bawah pada
permainan olahraga bolavoli. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut “Kemampuan servis bawah pada siswa kelas V SD Negeri 1
Mekarsari meningkat setelah digunakan metode resiprokal”.
E.
Kajian
Teori
a. Hakikat Metode Resiprokal
Metode resiprokal (reciprocal style)
adalah suatu metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memberikan umpan balik kepada temannya sendiri. Tanggung jawab untuk memberikan umpan balik bergeser dari guru
kepada
siswa. Pergeseran ini memungkinkan para
siswa meningkatkan interaksi sosial antara teman sebayanya. Sebagaimana
disebutkan Mosston (1994:65)
“metode mengajar resiprokal diartikan sebagai metode mengajar yang
menunjukkan hubungan
sosial
antar teman sebaya dan kondisi untuk memberi umpan
balik yang cepat”.
Menurut Mosston (1994:65), metode
resiprokal mempunyai ciri-ciri pokok pembelajaran, antara lain :
1. Mempunyai kesempatan untuk melakukan pengulangan praktek dengan observer secara individu.
2. Mempraktekkan tugas berdasarkan kondisi-kondisi yang diberikan secara umpan
balik segera dari teman sebaya.
3. Mampu mendiskusikan dengan teman sebaya mengenai aspek spesifik dari tugas tersebut.
4. Melihat dan
memahami bagian-bagian
dan
urutan didalam
melakukan tugas.
5. Mempraktekkan tugas tanpa guru meminta
umpan balik atau penjelasan ketika
ada
kesalahan yang dikoreksi.
Kondisi pembelajaran
tersebut dihubungkan dengan kegiatan
pembelajaran dan
peran siswa dalam melaksanakan tugas. Kelas diatur berpasangan dengan peranan-
peranan khusus untuk tiap partner.
Tujuan dari metode
resiprokal adalah siswa bekerja
dengan pasangan dan memberikan umpan balik kepada pasangan, yang berdasarkan kriteria yang telah dipersiapkan oleh guru. Hakikat dari metode resiprokal yaitu siswa
bekerja dengan pasangan, menerima umpan balik dengan segera, mengikuti kriteria
yang telah dirancang guru, dan mengembangkan umpan balik dan keterampilan sosialisasinya.
Mekanisme pelaksanaan metode resiprokal menurut Mosston
(1994: 65) adalah:
1. Memberi kesempatan pada proses sosialisasi tertentu untuk saling memberi dan
menerima umpan
balik dengan teman sebaya.
2. Mengamati kemampuan teman pasangannya, membandingkan menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikan
hasil dengan teman
pasangannya.
3. Mempelajari
bagaimana cara memberi koreksi
umpan balik yang tidak
mengganggu kelangsungan persahabatan.
4. Mengembangkan kesabaran, toleransi
dan menghargai syarat untuk suksesnya pelaksanaan
proses pembelajaran.
5. Memberikan
penghargaan
pada yang sukses.
6. Mengembangkan ikatan sosial
melalui
pelaksanaan tugas
Sasaran metode
resiprokal
berhubungan
dengan
tugas
dan peranan siswa. Tugas guru meliputi:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan berulang- ulang dengan didampingi oleh
seorang
pengamat (teman/pasangannya).
2. Siswa menerima umpan
balik.
3. Dan sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan mengenai penampilan
tugas
dari
pasangannya.
Peranan siswa dalam konteks
tersebut, sebagai berikut:
1. Memberi dan
menerima umpan
balik.
2. Mengamati penampilan teman, membandingkan
dan mempertentangkan
dengan kriteria yang ada, dan
menyampaikan
hasilnya kepada pelaku.
3. Menumbuhkan kesabaran
dan toleransi terhadap
teman.
Anatomi metode
resiprokal: sebelum pertemuan (pre
impact) keputusan ada pada guru, selama
pertemuan (impact)
keputusan ada pada
pelaku, sesudah pertemuan
(post impact) keputusan ada pada pengamat. Pada saat sebelum pertemuan, guru sudah membuat kriteria yang akan dilaksanakan oleh pelaku. Sebelum pelajaran dimulai pusatkan perhatian siswa dalam pembagian kelompok
yaitu menjadi dua kelompok kecil, dimana satu siswa menjadi
pelaku dan satu siswa menjadi pengamat. Guru hanya berperan khusus dalam berkomunikasi dengan pengamat
walaupun
pada
pelaksanaan
kegiatan
guru
mengamati pelaku maupun pengamat, sehingga hal ini akan memungkinkan timbulnya rasa
saling percaya antara pelaku dengan pengamat serta akan
menimbulkan pola kerjasama yang bagus dan
kebersamaan. pertemuan, keputusan ada
pada
pelaku, peran pelaku adalah melaksanakan perintah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh guru dan hanya berkomunikasi dengan pengamat. Pelaku memperoleh
umpan balik penampilan
dari
pengamat secara langsung, sehingga pelaku
dapat langsung
mengetahui kekurangan ataupun kelemahan selama melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaku harus
berusaha menerima
umpan balik dari pengamat, pada
saat ini, peran guru hanya mengamati
pelaku
dan pengamat.
Sesudah pertemuan, keputusan ada pada pengamat. Pada saat ini pengamat memberikan umpan balik secara langsung terhadap pelaku sesuai dengan kriteria yang
telah dibuat oleh guru. Sebelum pelajaran berlangsung
pengamat harus sudah
memahami kriteria yang
ada, kemudian mengamati pelaku pada saat kegiatan
berlangsung, pengamat membandingkan dan
mempertentangkan penampilan pelaku dengan kriteria yang
diberikan. Dalam hal ini, siswa sebagai pengamat juga harus
belajar bersikap positif dalam memberikan umpan balik kepada pelaku. Kegiatan berikutnya
adalah pengamat
menyimpulkan
apakah
penampilan pelaku
benar atau salah, dan menyampaikan hal-hal mengenai penampilan kepada
pelaku.
Menurut Mosston (1994:66) “dalam hubungan tiga serangkai ini, masing-masing anggota
membuat keputusan tertentu sesuai dengan peran mereka”. Secara psikologis metode ini berpengaruh kepada siswa yaitu dapat
menumbuhkan kesabaran dan toleransi
terhadap teman serta
dapat meningkatkan rasa percaya terhadap kawan, dan merasa bertanggungjawab
sesama siswa.
Untuk lebih
jelasnya
dibawah
ini
akan
diuraikan
lagi
implementasi proses bagaimana membuat
keputusan dalam pre impact, impact,
dan post impact.
Pre
impact, dalam hal ini guru menyiapkan dan mendisain kartu kriteria untuk digunakan oleh
pengamat.
Impact, tugas
utama guru
disini
adalah menetapkan peran
yang baru dan
hubungan baru. Berikut adalah
urutan di dalam episode
ini:
1.
Memberitahu siswa bahwa
tujuan metode ini yaitu dengan dilakukan secara
berpasangan
dan belajar memberikan
umpan balik pada pasangannya.
2.
Mengidentifikasi segitiga dan menjelaskan bahwa setiap orang
mempunyai peranan tertentu, masing-masing siswa
menjadi keduanya, pelaku dan
pengamat.
3.
Menjelaskan bahwa
peran pelaku adalah melaksanakan tugas sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh guru dan
pelaku
berkomunikasi hanya dengan pengamat.
4. Peran pengamat memberikan umpan balik kepada pelaku berdasarkan kriteria yang telah disiapkan oleh guru. Umpan balik ini berdasarkan pada
kemampuan dan setelah
selesai tugas, kemudian
pelaku
membuat keputusan
dalam set impact, pengamat
membuat keputusan
dalam
post impact.
Post impact,
karena pengamat harus memenuhi peran dalam post impact, ia harus
melengkapi langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Menerima kriteria untuk penampilan yang benar dari guru.
2. Mengamati
penampilan pelaku.
3. Membandingkan
dan membedakan
penampilan
dengan kriteria.
4. Menyimpulkan jika
penampilan benar.
5.
Mengkomunikasikan hasil dengan
pelaku,
umpan
balik ini dapat diberikan
selama penampilan atau setelah penyelesaian tugas tergantung
macam tugas yang
ada.
6. Berinisiatif, jika
mungkin
berkomunikasi dengan guru, pengamat mengkomunikasikan hasil kepada pelaku dan memberikan umpan balik yang sesuai.
7.
Peran guru antara
lain ; menjawab pertanyaan pengamat, berinisiatif
untuk mengkomunikasikan hanya dengan pengamat.
8. Pelajar menyadari struktur metode
baru, peranan tertentu, dan garis komunikasi,
saat ini guru boleh
memberikan
tugas.
9. Menjelaskan pada siswa tujuan kriteria lembar kerja dan menguraikan items yang
spesifik untuk episode ini.
10. Menspesifikasikan logistik dan parameter untuk episode
itu (contoh ; dimana untuk mengambil lembar kriteria, parameter waktu, dll.).
11. Katakan ke kelas anda ; “pilih
pasangan anda, putuskan siapa yang menjadi
pengamat dan pelaku
dulu, kemudian mulai”.
12. Proses menggunakan pasangan menggunakan waktu satu menit, pasangan akan
berpencar dan
aktivitasakan mulai.
13. Pelaku
melaksanakan tugas dan observer akan mengambil
bagian
yang diperlukan untuk memberi umpan
balik, kemudian keputusan
dan post impact.
14. Ketika pelaku
melengkapi tugas-tugas, pelaku
dan
pengamat bertukar peran. Setiap dalam
menerapkan metode mengajar memiliki
implikasi yang dapat
mempengaruhi guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar.
Sebagaimana
diungkapkan Mosston (1994: 69) bahwa hubungan yang baru menghasilkan satuan
yang baru dan berimplikasi. Dalam hal ini, metode mengajar resiprokal mempunyai
implikasi dalam mempengaruhi guru
dan pelajar, yaitu :
1. Guru menerima proses sosialisasi antar pelaku dan pengamat sebagai tujuan yang diinginkan dalam pendidikan.
2. Guru mengakui pentingnya mengajar pelajar untuk memberi kepastian dan tujuan
umpan balik yang objektif dan akurat
satu sama lain.
3. Guru mampu merubah tenaga dengan memberikan umpan balik pada siswa untuk
jangka waktu episode ini.
4. Guru belajar perilaku baru yang mana syarat langsung dari komunikasi langsung
dengan membentuk tugas (pelaku).
5. Guru mengharap mengembangkan waktu untuk pelajar dalam pembuatan peran yang baru dalam
pembuatan keputusan
tambahan.
6. Guru percaya bahwa siswa membuat perubahan keputusan tambahan yang digeser kepada mereka.
7.
Guru menerima
kenyataan baru dimana ia
bukanlah satu-satunya sumber informasi, penilaian
dan
umpan balik.
8. Pelajar dapat terlibat
dalam
bentuk umpan balik dan membuat keputusan tambahan.
9. Pelajar dapat memperluas mereka secara aktif
dalam proses
pembelajaran.
10.Pelajar dapat
melihat dan menerima guru dalam
peran yang lain
dalam metode ini.
11.Pelajar dapat menggunakan waktu belajar (dengan menggunakan lembar kriteria),
tanpa pertemuan yang tetap dengan guru.
Lembar kriteria adalah faktor yang
dapat menentukan
kesuksesan dan kegagalan dalam menerapkan metode mengajar ini, lembar kriteria adalah parameter menentukan
perilaku pengamat, dengan
lembar kriteria akan menjaga pelaku
dengan
teliti memberi informasi tentang penampilan dan juga lembar kriteria menyediakan
dasar konkrit untuk saling berinteraksi dengan pengamat. Menurut Mosston (1994:
70), lembar kriteria terbagi dalam lima
bagian :
1. Gambaran khusus
tugas, termasuk menjelaskan
tugas ke dalam bagian tertentu.
2. Point khusus untuk mencari selama penampilan yang
potensial membuat kesalahan di dalam penampilan, yang mana guru mengatur dari pengalaman
sebelumnya.
3. Gambarlah atau membuat sketsa untuk menggambarkan tugas.
4. Contoh perilaku verbal digunakan sebagai umpan balik, ini bermanfaat pada awal pengalaman.
5. Mengembalikan pada tugas pengamat bermanfaat pada episode
awal, suatu
ketika pelajar mendemonstrasikan perilaku yang menjadi kebiasaan, tidak lebih
jauh ketepatannya termasuk
menerima dalam lembar kriteria.
Awal permulaan dari metode ini,
dalam memberikan umpan balik kebanyakan
pelajar tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan perilaku lisan yang sesuai
selagi umpan balik diberikan. Pemberian umpan balik yang
objektif dan penggunaan kriteria untuk melakukan adalah sesuatu hal yang baru. Perilaku baru ini menciptakan hubungan sosial-emosional baru antara dua pasangan (pelaku dan pengamat). Hal yang sama, guru
juga akan merasakan hal
yang baru
dari awal permulaan
metode ini.
Metode resiprokal terasa asing sepanjang periode awal, tapi suatu ketika aset metode
Lembar kriteria adalah faktor yang
dapat menentukan
kesuksesan dan kegagalan dalam menerapkan metode mengajar ini, lembar kriteria adalah parameter menentukan
perilaku pengamat, dengan
lembar kriteria akan menjaga pelaku
dengan
teliti memberi informasi tentang penampilan dan juga lembar kriteria menyediakan
dasar konkrit untuk saling berinteraksi dengan pengamat. Menurut Mosston (1994:
70), lembar kriteria terbagi dalam lima
bagian :
1. Gambaran khusus
tugas, termasuk menjelaskan
tugas ke dalam bagian tertentu.
2. Point khusus untuk mencari selama penampilan yang
potensial membuat kesalahan di dalam penampilan, yang mana guru mengatur dari pengalaman
sebelumnya.
3. Gambarlah atau membuat sketsa untuk menggambarkan tugas.
4. Contoh perilaku verbal digunakan sebagai umpan balik, ini bermanfaat pada awal pengalaman.
5. Mengembalikan pada tugas pengamat bermanfaat pada episode
awal, suatu
ketika pelajar mendemonstrasikan perilaku yang menjadi kebiasaan, tidak lebih
jauh ketepatannya termasuk
menerima dalam lembar kriteria.
Awal permulaan dari metode ini,
dalam memberikan umpan balik kebanyakan
pelajar tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan perilaku lisan yang sesuai
selagi umpan balik diberikan. Pemberian umpan balik yang
objektif dan penggunaan kriteria untuk melakukan adalah sesuatu hal yang baru. Perilaku baru ini menciptakan hubungan sosial-emosional baru antara dua pasangan (pelaku dan pengamat). Hal yang sama, guru
juga akan merasakan hal
yang baru
dari awal permulaan
metode ini.
Metode resiprokal terasa asing sepanjang periode awal, tapi suatu ketika aset metode ini
akan terelialisasi. Selama penutup,
guru memberikan umpan balik kepada seluruh siswa
dengan menunjukkan
penampilan mereka sebagai pengamat.
Menurut Mosston
(1994: 74),
beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengorganisir kelas berpasangan :
1. Berjalan
di kelas dan dihitung dua-dua
2. Berurutan
menurut abjad
3. Guru
menyeleksi pasangan
4. Para siswa memilih pasangan satu sama lain
(seleksi
sendiri)
5. Pasangan dengan
tinggi badan
6. Pasangan dengan
berat badan
7. Pasangan dengan
orang yang menghampirinya
8. Berdasarkan
tingkat keterampilan
Masing-masing dari cara di atas dapat digunakan untuk tujuan tertentu, tetapi
untuk mengakomodasi tujuan metode
resiprokal (mengembangkan pelaku dengan
pengamat) teknik yang paling
sesuai adalah memilih sendiri. Pada umumnya orang-
orang menikmati bekerjasama dengan seseorang yang mereka anggap dekat, mereka ketahui dan disukai. Hal ini jadi
lebih nyaman untuk memberi dan menerima umpan
balik dengan seseorang yang kita sukai
dan percayai.
Menurut Mosston (1994:
76), beberapa salah paham tentang
metode resiprokal
yang perlu
dipahami antara lain :
1. Yang cerdas bekerjasama dengan yang bodoh, pada metode ini tidak dirancang untuk membedakan kepintaran. Sebaliknya kontribusi yang utama
dari metode
ini adalah menciptakan suatu kondisi dimana kedua pasangan adalah sama pada peran mereka. Kedua
pasangan mempunyai kesempatan untuk menggunakan kapasitas mereka
di dalam konteks sosial dari metode ini
dan untuk melakukan penyesuaian emosi mereka ke dalam
proses interaksi.
2. Pada metode ini, ada anggapan guru tidak bekerja. Sebaliknya, guru sangat banyak bekerja untuk mengajar belajar perilaku yang baru menjadi pengamat dan penerima umpan balik dari teman sebaya. Guru sacara konstan disibukkan dengan memberi umpan balik, tetapi sekitar
perbedaan aspek dalam proses
pendidikan. Guru masih bertanggungjawab
untuk peristiwa dan proses di dalam pelajaran.
3. Metode ini bukanlah untuk pelajar yang mempunyai berbagai kesulitan di dalam membandingkan dan membedakan
penampilan dengan
ukuran. Sebaliknya, metode
ini memerlukan praktek dan kesempatan lebih baik dengan mitra
sama di dalam peran. Kerjasama alami mengundang
kebanyakan pelajar cepat atau
lambat untuk berpartisipasi.
4. Metode ini bukanlah suatu metode yang mengevaluasi. Perannya terbatas pada menawarkan umpan balik dengan kriteria untuk meningkatkan penampilan
tugas.
b.
Servis dalam
Permainan Olahraga Bolavoli
Teknik Service Merupakan awal terjadinya suatu permainan, dan satu-satunya teknik yang
dipakai untuk memulai pertandingan (Barbara dan Bonnie, 1996:27). Pada
dasarnya permainan bolavoli terdapat dua
jenis service,
sesuai dengan perkenaan bola
pada saat dipukul setelah dilambungkan, seperti dijelaskan berikut.
1.
Service Tangan Bawah
(Underhand)
Servis tangan bawah adalah suatu usaha memasukkan bola ke
daerah lawan oleh pemain yang berada di daerah servis untuk memukul bola dengan
satu tangan di bawah pinggang atau kira-kira setinggi pinggang. Servis ini sering
digunakan oleh pemain pemula
dan
pemain wanita. Karena
menurut Robison (1997:36), "untuk
pemain baru, servis tangan bawah
merupakan cara yang
paling mudah".
Pada dasarnya pelaksanaan servis
bawah
sama dengan
pelaksanaan
servis atas. Perbedaannya adalah hanya
pada saat perkenaan bola dengan tangan.
Dimana servis bawah perkenaannya
di bawah bahu, sedangkan servis atas
perkenaannya di atas kepala.
Menurut Dieter Beutelstahl (2003:9)
bahwa,
"Setiap jenis servis itu dibagi dalam tiga
tahap : (1) Tahap pertama : Melempar bola ke atas (throw-up). (2)
Tahap kedua
: memukul bola (hitting the ball). (3) Tahap ketiga gerakan akhir follow-throught".
Adapun menurut M. Yunus (1992:111)
teknik dasar servis terdiri dari tiga
tahap yaitu "(a) sikap permulaan, (b) gerak pelaksanaan dan (c) gerak lanjutan (follow throught)".
Setiap pemain
harus melakukan tiga
tahapan servis tersebut dengan baik. Untuk mendapatkan
hasil servis yang baik,
pemain
harus dapat
melakukan gerakan servis
atas
dengan koordinasi gerak yang baik. Dieter Beutelstahl (2003:10), menguraikan
tahap-tahap pelaksanaan servis bawah dijelaskan pada tabel
berikut
:
Tabel 2. Tahap-Tahap
Pelaksanaan
Servis
Bawah
Tahap
|
Pelaksanaannya
|
pertama
|
Fase throw-up (melempar bola). Berat badan ditempatkan pada
kaki sebelah belakang. Lengan digerakkan ke belakang dan ke atas (lengan pemain).
|
kedua
|
Fase hitting the ball.
Lengan bermain (lengan yang digunakan
untuk memukul bola. Dengan istilah asing disebut striking arm.
Lengan kanan untuk pemain
kanan dan
lengan
kiri untuk pemain kidal) diayunkan ke
bawah, dari belakang ke
depan dan memukul
bola yang telah dilemparkan rendah-rendah.
Sementara
itu berat badan dipindahkan ke
kaki sebelah depan. Bola
dipukul
telapak tangan terbuka, pergelangan
tangan
sekaku mungkin.
|
ketiga
|
Fase follow throught. Lengan bermain
terus mengikuti arah
bola. Pemain cepat-cepat pindah ke posisi yang baru di
lapangan.
posisi
bola
yang akan dipukul adalah
kira-kira
setinggi pinggang,
|
Gambar 1.
Pelaksanaan
Servis
Tangan Bawah
(Viera & Fergusson, 1996:30)
Gerakan servis harus ritmis, mulai dari persiapan, pukulan dan gerakan lanjutan yang dilakukan harus dilakukan
dengan tidak
terpotong-potong dan kaku. Durwachter (1990:45)
mengemukakan bahwa, "pemain harus memiliki koordinasi gerak yang tepat antara mengayun dan melambungkan bola, serta memukul dan gerakan maju ke
depan". Kesalahan dalam mencermati lambungan bola dan
ayunan tangan
kemudian
memukul
bola akan berakibat kegagalan
dalam melakukan gerakan servis tangan bawah. Agar servis yang
dilakukan dapat mencapai hasil secara
optimal, gerakan servis harus dilakukan dengan
benar. Agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan servis maka hal-hal
kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi dalam melakukan servis harus diperhatikan. Menurut Beutelstahl, D. (2003:11), kesalahan umum yang sering terjadi pada servis adalah :
1) Pergerakan yang tidak
ritmis,
ini terjadi kalau si pemain ragu-ragu.
2) Stance yang
salah, dengan istilah stance dimaksudkan : sikap pemain pada
waktu hendak memukul bola, baik
sikap tubuh, kaki ataupun lengan.
3) Lengan
kurang terayun, sehingga
daya kekuatannyapun berkurang.
4) Lemparan bola kurang baik,
sehingga bola kurang terkontrol.
5) Kurang memperhatikan bola.
Pemain harus melakukan pukulan
servis
dengan baik,
dan sedapat mungkin
berusaha agar tidak
melakukan kesalahan-kesalahan.
Apabila
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi tersebut dapat dihindari maka servis
yang dilakukan tersebut akan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Pemain
dan
pelatih harus selalu
mengadakan
evaluasi mengenai
teknik yang
digunakan, agar kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi dapat di atasi.
Servis yang baik akan dapat mempengaruhi jalannya pertandingan. Di
samping itu servis yang baik dalam arti keras dan akurat, akan dapat mematikan serangan lawan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dieter Beutelstahl (2003:65) bahwa servis dapat bertujuan untuk: "(1) Langsung
meraih angka kemenangan, dan
(2)
Menghalang-halangi
formasi
penyerangan pihak lawan".
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan servis yang
baik dapat memberikan manfaat yang besar bagi suatu regu. Manfaat servis dalam permainan bolavoli, di
samping sebagai tanda dimulainya suatu
pertandingan,
servis
sangat
bermanfaat sebagai serangan untuk meraih angka. Pemain bolavoli harus memiliki
kemampuan servis yang baik. Sedapat mungkin dalam melakukan servis memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi. Dalam hal ini
Viera, B.L. & Fergusson,
B.J. (1996:27) mengemukakan bahwa,
"dalam suatu pertandingan, sangat penting
bagi anda untuk melakukan servis dengan
konsisten, yaitu paling tidak 90% dari servis anda dapat melewati net ke daerah
lawan". Keberhasilan
servis
dapat memberikan keuntungan
bagi regu,
sebaliknya
kegagalan servis sangat merugikan regunya. Apalagi sesuai dengan peraturan sekarang ini, yaitu nilai bolavoli berlangsung
secara rally, sehingga
kegagalan servis dapat langsung memberikan nilai kepada regu lawan.
2.
Service
Atas (Overhand)
Service atas memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Tujuan utama
melakukan service dari atas adalah mempercepat laju bola menukik dari atas ke bawah. Menurut Viera & Fergusson (1996:27), service
atas paling efektif, karena sulit menangkisnya. Jalannya bola berbeda-beda tergantung bagian mana dari
bola yang kena pukul.
Posisi bola setelah dilambungkan setinggi 50 cm di atas kepala dan bola dipukul setelah mencapai jangkauan.
Dari kedua service ini, masing-masing memiliki
keunggulan tersendiri.
Namun service atas lebih memiliki
keunggulan untuk mencetak poin, karena bola bergerak di udara cepat, sulit diterima
lawan,
dan lintasannya lurus
(Barbara
dan
Bonnie, 1996:27). Service bawah merupakan bentuk service yang
paling mudah untuk dilakukan. Tujuan service ini adalah untuk melambungkan bola menuju
lapangan
lawan
melintasi
jaring.
Dengan
service
ini,
kriteria
mempercepat jalannya bola tidak akan mungkin, demikian pula menukikkan
bola dari atas ke
bawah. Namun dalam hal pembelajaran untuk tingkat pemula,
teknik service bawah ini merupakan salah satu langkah awal dan menjadi salah satu
pilihan.
F.
Metodologi
Penelitian
a.
Setting Penelitian
Setting
dalam
penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK. Lebih
jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mekarsari,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis untuk mata pelajaran Penjas. Sebagai
subjeknya, yaitu kelas V pada tahun pelajaran 2010/2011, yang terdiri atas 40 orang
(19 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan).
Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran di sekolah binaan.
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2010/2011,
yaitu bulan Juli sampai dengan November 2010. Penentuan waktu penelitian mengacu
pada kalender akademik sekolah. Hal ini karena PTK memerlukan beberapa siklus
yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.
3.
Siklus
PTK
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan kemampuan
siswa dalam melakukan servis bawah setelah digunakan metode resiprokal.
b.
Persiapan
PTK
Sebelum PTK dilaksanakan dibuat
berbagai input instrumental yang akan digunakan untuk memberi perlakuan PTK,
yaitu rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan PTK.
Selain itu juga akan dibuat perangkat
pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Pengamatan; dan (2) Lembar Evaluasi.
c.
Subjek
Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 35 orang siswa.
d.
Sumber
Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan
kolabolator.
e.
Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
1.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini
adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1) Tes
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2) Observasi
dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas/partisipasi siswa dalam
pembelajaran service bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal.
3) Wawancara
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi
pembelajaran service bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal.
4) Diskusi
antara guru, teman sejawat, dan kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
2.
Alat
Pengumpulan Data
Alat pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar
observasi, lembar wawancara, dan lembar diskusi.
f.
Indikator
Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator
kinerjanya selain siswa juga guru, karena guru merupakan fasilitator yang
sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa.
g.
Analisis
Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1. Untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan service bawah dianalisis nilai
rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi,
sedang, dan rendah.
2. Untuk
mengetahui kebermaknaan proses belajar siswa
dilakukan dengan cara menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM.
Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3. Implementasi
pembelajaran service bawah yang disajikan dengan menggunakan metode resiprokal
dianalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi
berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
G.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.
Deskripsi
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Dalam
perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran service
bawah, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa
pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar,
memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran,
dan mengembangkan skenario pembelajaran service
bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal.
Selanjutnya,
ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi
untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar
melakukan service
bawah yang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.
Siswa diberi kesempatan untuk berlatih service bawah sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru.
Pada saat yang
sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah
disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan
belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang
didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam belajar, kemampuan siswa dalam mengikuti
proses latihan mendapatkan nilai
kriteria cukup dengan rentangan nilai 60-70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengikuti
proses latihan, keintensifan, kerjasama, keefektivan mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60 yang
mencapai 33,3% dan siswa yang dapat
menyelesaikan tugas hanya 50%, kelancaran pada saat berlatih
hanya 50%, dan sedikit sekali yang dapat mengeefektifkan
waktu hanya 33,3%.
Hasil angket
siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90% siswa merasa senang, 40%
merasa kesulitan belajar, 50% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat,
90% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus I,
mendapat nilai rata-rata kelas 72,00 dan masih terdapat 30,23% siswa yang
nilainya di bawah standar KKM mata pelajaran Penjas yang telah ditentukan sekolah.
Melihat dari
hasil pengamatan pada siklus I, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun teknik
latihan, kelancaran mengikuti
proses latihan dan keefektifan
waktu mendapat nilai kurang dengan
rentang nilai >60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap
karena baru mengenal metode resiprokal. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk
lebih kreatif walaupun terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan
50% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus I perlu adanya
motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi. Berdasarkan siklus I
didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 72,00 yang berarti ada kenaikan
10,18% dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus
II.
b.
Deskripsi
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Dalam
perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran service bawah yang disajikan dengan menggunakan
metode resiprokal berdasarkan hasil refleksi awal, menyusun instrumen untuk pengamatan aktivitas guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar, menyusun angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar,
menyiapkan sumber belajar berupa buku-buku penunjang, dan mengembangkan
skenario pembelajaran service
bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal.
Selanjutnya,
ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi
untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pralatihan
service bawah yang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa bersiap sedia
menuju lapangan.
Memasuki kegiatan inti, guru menyajikan
materi pelajaran dengan teliti disertai pemberian contoh yang lebih konkret dan
mudah diikuti siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan service bawah. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa melakukan latihan service bawah atas dasar petunjuk guru.
Guru membimbingnya dengan sabar dan teratur hingga seluruh siswa mendapatkan
giliran untuk melakukan tindak perbuatan yang diinginkan. Hingga kegiatan inti
berakhir, guru dan siswa tetap bersinergis melaksanakan KBM.
Pada saat yang
sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah
disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan
belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang
didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam berlatih, kemampuan siswa dalam melakukan service bawah, kelancaran dalam berlatih mendapat nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71-85
yang mencapai 80%. Keefektifan
dalam berlatih, ketelitian dalam
melakukan proses latihan, mendapat
nilai baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai 60%
dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 67%, kelancaran dalam
mengikuti simulasi latihan hanya
100%, dan siswa yang dapat mengikuti
pelatihan hingga akhir hanya 70%.
Hasil angket
siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 98% siswa merasa senang, 15%
merasa kesulitan belajar, 70% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat,
95% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus II,
mendapat nilai rata-rata kelas 79,07.
Melihat dari
hasil pengamatan pada siklus II, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun teknik
latihan, kelancaran mengikuti
proses latihan dan keefektifan
waktu mendapat nilai kurang dengan
rentang nilai 71-85, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap
karena baru mengenal metode resiprokal. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk
lebih kreatif walaupun terdapat 30% yang masih kesulitan memahami materi dan
30% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III perlu adanya
motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi. Berdasarkan siklus II
didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 79,07 yang berarti ada kenaikan
9,82% dari siklus I. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus III.
c.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III
Pada siklus III pun, tim peneliti
menempuh setiap tahapan seperti pada siklus-siklus sebelumnya. Hal-hal yang
dilakukan tim peneliti, meliputi menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran service
bawah
yang disajikan dengan menggunakan metode resiprokal berdasarkan hasil refleksi
siklus II, mengembangkan
instrumen untuk pengamatan guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar, menyusun angket untuk disebar kepada siswa setelah kegiatan belajar mengajar.
Selanjutnya,
ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi
untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pralatihan
service bawah yang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa bersiap sedia menuju
lapangan.
Memasuki kegiatan inti, guru menyajikan
materi pelajaran dengan teliti disertai pemberian contoh yang lebih konkret dan
mudah diikuti siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan service bawah. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa melakukan latihan service bawah atas dasar petunjuk guru.
Guru membimbingnya dengan sabar dan teratur hingga seluruh siswa mendapatkan
giliran untuk melakukan tindak perbuatan yang diinginkan. Hingga kegiatan inti
berakhir, guru dan siswa tetap bersinergis melaksanakan KBM.
Pada saat yang
sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah
disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan
belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang
didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan
siswa dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari
sumber belajar, mendapat nilai baik sekali dengan rentang nilai >85 yang
mencapai 90%. Dengan ini, 100% siswa
sudah dapat menyelesaikan tugasnya, kelancaran pada saat presentasi hanya 90%.
Hasil angket
siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 100% siswa merasa senang, 13%
merasa kesulitan belajar, 92% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat,
100% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus III,
mendapat nilai rata-rata kelas 84,65.
Melihat dari
hasil pengamatan pada siklus III, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun
data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan
ide atau pendapat, ketelitian mempelajari materi ajar mendapatkan nilai baik sekali, ini menunjukkan bahwa
sudah ada peningkatan yang signifikan melalui pembelajaran meaningful
learning,
13% siswa yang masih kesulitan memahami materi dan 8% sudah
menguasai materi. Dengan demikian,
pada siklus III kegiatan dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada
siklus berikutnya,. Berdasarkan siklus III didapat nilai prestasi siswa dengan
rata-rata 84,65 yang berarti ada kenaikan 7,06% dari siklus II.
Untuk
mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke siklusnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
pada Saat KBM
No
|
Kegiatan/Aspek yang diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1.
|
Antusias
siswa dalam mengikuti KBM
service bawah
|
Cukup
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
2.
|
Kelancaran
mengikuti latihan service bawah
|
Kurang
|
Baik
|
Baik Sekali
|
3.
|
Keaktifan
siswa dalam meresfon tuntutan
|
Cukup
|
Baik
|
Baik Sekali
|
4.
|
Kemampuan
siswa dalam melakukan service bawah dalam berbagai teknik.
|
Cukup
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
5.
|
Ketelitian
dalam melakukan service bawah
|
Kurang
|
Baik
|
Baik
|
6.
|
Kemampuan menghindari kesalahan dalam service bawah
|
Kurang
|
Baik
|
Baik
|
7.
|
Ketepatan dalam melakukan service bawah
|
Kurang
|
Baik
|
Baik Sekali
|
8.
|
Kelancaran
siswa dalam melakukan service bawah
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
Keterangan: Baik sekali : 86 – 100
Baik
: 71 – 85
Cukup
: 60 – 70
Kurang : >60
Hasil angket siswa yang diambil pada
setiap siklus PTK,
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Angket
Siswa Setelah KBM
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Siklus I
(%)
|
Siklus II
(%)
|
Siklus III
(%)
|
1.
|
Apakah
pembelajaran service bawah berdasarkan
langkah-langkah metode resiprokal menyenangkan?
|
Ya
|
90
|
93
|
100
|
Tidak
|
10
|
7
|
0
|
||
2.
|
Apakah dengan
pembelajaran service
bawah berdasarkan metode resiprokal membuat kamu mudah memahami materi pelajaran?
|
Ya
|
60
|
70
|
87
|
Tidak
|
40
|
30
|
13
|
||
3.
|
Apakah dengan
pembelajaran service
bawah berdasarkan metode resiprokal membuat kamu
berani mengemukakan pendapat?
|
Ya
|
50
|
70
|
92
|
Tidak
|
50
|
30
|
8
|
||
4.
|
Apakah dengan
pembelajaran service
bawah berdasarkan metode resiprokal mendorong kamu lebih kreatif?
|
Ya
|
90
|
95
|
100
|
Tidak
|
10
|
5
|
0
|
||
5.
|
Apakah kamu
mengalami kesulitan dalam pembelajaran
service bawah berdasarkan metode resiprokal?
|
Ya
|
30
|
15
|
0
|
Tidak
|
70
|
85
|
100
|
GRAFIK
1 Hasil
Ulangan Sebelum danTiap
Akhir Siklus
H. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan terhadap hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran service bawah yang disajikan dengan menggunakan metode resiprokal diperoleh suatu kesimpulan guna menjawab setiap pokok masalah yang
diteliti, yakni sebagai berikut.
1.
Langkah-langkah penggunaan metode
resiprokal untuk meningkatkan kemampuan service
bawah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, dikemas dalam empat tahapan,
yakni: (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan rencana, (3) mengevaluasi kemampuan siswa sebagai
hasil belajar, dan menindaklanjuti hasil evaluasi untuk memperoleh peningkatan
yang lebih baik terkait dengan kemampuannya dalam melakukan service bawah.
2.
Kemampuan service bawah pada siswa kelas
V SD Negeri 1 Mekarsari meningkat setelah digunakan metode resiprokal.
Peningkatan tersebut terjadi secara bertahap setelah dilakukan perbaikan
pengelolaan KBM berdasarkan hasil refleksi.
b. Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas, dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1.
Efektivitas penggunaan metode resiprokal
telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan service
bawah pada siswa yang menjadi subjek penelitian ini. Atas dasar itu, dianjurkan
untuk mencoba melakukan hal yang sama, agar dapat memperbaiki proses
pengelolaan KBM service bawah yang
berdampak pada peningkatan kemampuan siswa binaan.
2.
Untuk memperoleh suatu peningkatan yang
lebih baik, hendaklah dilakukan inovasi terhadap langkah-langkah penerapan
metode resiprokal dalam pengelolaan pembelajaran service bawah.
I.
|
Achmad Muthali’in. 2001. Bias Gender dalam Pendidikan. Surakarta : Muhammadiyah University Press.
Barbara L. Viera, MS. and Bonnie Jil Fergusen, MS., 1996. Bolavoli Tingkat Pemula,
Monti. Jakarta:
RajaGrafindo.
Baumgartner, Ted A. and Andrew S. Jackson. 1991. Measurement for Evaluation. Fourth Edition. Amerika Serikat
Wm.C.
Brown
Publishers.
Beutelstahl, D. 2003. Belajar Bermain Bolavoli. Alih Bahasa Oleh Tim Redaksi Pionir Jaya. Bandung: Pionir Jaya.
Beutelstahl,
D.1986. Belajar Bermain
Bolavoli. Bandung: Pionir Jaya.
Brooks George A. and
Fahey Thomas
P. 1984. Exercise Physiologis Human Bioenergetics and its Aplications. New York: John
Willey and
Sons.
Bucher, Charles A. 1972. Foundation of Physical Education. Sixth Edition. Saint
Louis : CV. Mosby Company
David L. Gallahue,
John
C. Ozmun. 1997. Understanding Motor Development
:
Infants, Children, Adolescents, Adults. Fourth Edition.
United States
of
America: Mc. Graw Hill Companis.
Davis Damien. 1988. Physical Education;
Theory and Practice. Australia
PTY
LTD: Memillan Company.
Dieter Beutelstahl.
1986. Belajar Bermain
Bolavoli
(terjemahan
Pioner
Jaya). Bandung Pioner Jaya.
Drowatzky.JN. 1981. Motor Learning: Principles and Practice.
Mineapolis: Burgers Publishing Co.
Durrwachter, G.
1990. Belajar dan Berlatih Sambil Bermain.
Jakarta:
PT. Gramedia.
----------,1990. Bola Volley, Belajar dan Berlatih Sambil Bermain. Alih Bahasa Oleh
Tim Redaksi PT. Gramedia.
Jakarta:
PT. Gramedia.
Glass, Gene V. and Kenneth D. Hopkins. 1984. Statistical Methods in Education and
Physichology. Second Edition.
New Jersey :
Printies Hall Inc.
Harsuki, 2003. Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian para pakar.
Jakarta: PT.
RajaGrafindo
Persada.
James
C, Radiliffe.
1985. Plyometrics
Explosive Power Training.
Second
Edition. Johnson, Barry L. and Jack K, Nelson. 1979. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education.
Minnesota: Burgers
Publishing.
Kirkendall. R.A. 1980. Measurement and Evaluations for Physical Education. IOWA: Wm.
C. Brown Company Publishers.
Lutan, R. 1988. Belajar Keterampilan
Motorik Pengantar
Teori dan Metode. Jakarta: Rineka Cifta.
Magill, Richard.A.1980. Motor Learning Concept and Application.
Dubuque. Iowa:
Wm.C.
Brown
Company Publishers.
Monks F.J. 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar
dalam berbagai
bagiannya. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press.
Mosston, Musca, Asworth, Sara. 1994. Teaching Physical Education. Fourth edition.
New York: Macmillan
Publishing Company.
M.
Yunus. 1992. Olahraga Pilihan Bolavoli.
Jakarta: Depdikbud
Nana Sudjana. 1989.
Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Nasution S. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: PT.
Bina
Aksara.
Ngalim
Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan.
Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurhasan. 2005.
Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya: Unesa University
Press
Richard A. Schmidt. 1991. Motor Learning & Performance. United States of America : Human
Kinetic Publisher.
Robinson, B., 1997. Bolavoli Bimbingan, Petunjuk dan Teknik Bermain. Semarang: Dahara Prize.
Rusli
Lutan.
1998.
Strategi
Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta:
Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
--------dan
Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Kesehatan.
Jakarta:
Depdiknas, Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
--------dkk.
1997. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK IKIP Bandung. Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Schmidt, Richard
A.
1991.
Motor
Learning
and
Performance: from principles to practice. England:
Human Kinetics Publisher (UK). Ltd.
Setyobroto
Sudibyo. 1989.
Psikologi Olahraga. Jakarta: PT.
Anem Kosong Anem.
Siswandari. 2002. Statistika Terapan
bagi Para Peneliti. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Snelbeeker, Glenn E. 1974. Learning Theory, Instructional
Theory and Psychoeducational
Desaign, New York.
McGraw Hill Book.
Company.
Soekamto, Toeti., Wardam, I.G.A.K., Wirnasaputra, Udin S. 1992.
Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan
Kebudayaan.
Strand,
B.N., Wilson,R. 1993. Assesing Sport Skill.
Champaign:
Human
Kinetics
Publishers.
Sudjana.
1991. Desain
dan Analisis Eksperimen.
Bandung:
Tarsito. Sudjana.
1995. Metode Statistika. Bandung.
Tarsito.
Sudjana.
1995. Desain
dan Analisis Eksperimen.
Bandung.
Tarsito.
Sudjarwo dan Sugiyanto, 1994. Perkembangan dan Belajar Gerak.
Jakarta.
Depdikbud.
Suharno. H.P.
1985. Dasar-dasar Permainan Bolavoli.
IKIP Yogyakarta: Andi
Offset. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian
Pendidikan-Kompetensi dan praktiknya. Jakarta.
PT.
Bumi Aksara.
Sukintaka. 2004. Filosofi, Pembelajaran,
dan Masa Depan Teori Pendidikan Jasmani. Bandung:
Yayasan Nuansa Cendekia.
Suryabrata, Sumadi. 2004.
Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Syarifuddin Aip, 2003. Panduan Olahraga Bolavoli. Jakarta. PT.
Grasindo. Syah
Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta.
PT. RajaGrafindo Persada.
Thoha Chabib. 2003. Teknik Evaluasi
Pendidikan. Jakarta:
PT. RajaGrafindo
Persada.
Viera, Barbara L. dan Fergusson,
Bonnie J. 1996. Bolavoli Tingkat Pemula. Alih Bahasa Monti.
Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Welkowitz, Joan., Ewen, Robert B., Cohen, Jacob. 1982. Introductory Statistic for the
Behavioral Science, Orlando: Harcout Brace Javanovich. Inc.
William J.Ray dan Richard Ravizza. 1988. Method Forward a Science of Behavior and Experience. California: Wadsworth
Publishing Company Belum.
Langganan:
Postingan (Atom)