Kamis, 17 Oktober 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN SERVICE MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN MEANINGFUL LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MEKARSARI, KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS



A.    Judul
PENINGKATAN KEMAMPUAN SERVICE MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN MEANINGFUL LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MEKARSARI, KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS
B.     Nama Penulis
Cicih, S.Pd (Guru Penjasorkes SD Negeri 1 Mekarsari, Kec. Cimerak)
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Kemampuan Siswa, Service, dan Strategi Pembelajaran    Meaningful Learning
Penelitian yang berfokus pada upaya guru meningkatkan kemampuan service pada siswa diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran meaningful learning. Melalui upaya ini diharapkan proses dan hasil belajar siswa menjadi lebih bermakna daripada sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010.Waktu pelaksanaannya, lebih kurang satu bulan, yakni pada bulan April 2009.Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan kelas, yang alurnya terdiri atas merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, mengobservasi pelaksanaan tindakan, dan merefleksi hasil tindakan.Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan.Adapun data penelitian berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil menulis.Instrumen pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.Analisis data dengan teknik kualitatif pendekatan mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data.Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa.Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Strategi pembelajaran meaningful learning dapat meningkatkan kemampuan service pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat besar artinya bagi pembangunan generasi penerus bangsa.Dengan demikian pendidikan sangat memegang perananan yang sangat penting bagi nasib kehidupan bangsa, karena berkaitan langsung dengan pembangunan kualitas sumber daya manusia. Menurut Umaedi (1999) mengatakan bahwa Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan mengadakan pembaharuan kurikulum pendidikan nasional sesuai dengan perkembangan zaman.
Saatini pemerintah telah menerapkan kebijakan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).Kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru dalam kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok untuk masing-masing mata pelajaran, termasuk di dalamnya untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani.Agar hal itu dapat tercapai dengan baik oleh siswa, maka guru dituntut secara kreatif dan inovatif untuk menggunakan berbagai pendekatan, tentunya yang relevan dengan setiap tuntutan yang diinginkan.
Pendekatan pembelajaran yang tepat, tuntutan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh siswa.Oleh karena itu, siswa harus mengalami secara langsung proses belajar yang sebenarnya. Proses belajar siswaakan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa apabila siswa dapat dengan mudah memenuhi setiap tuntutan pembelajaran.Pada saat ini telah dikembangkan suatu pendekatan dimana guru dituntut untuk dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.Pendekatan ini dikenal dengan istilah pendekatan konstruktivisme.Strategi pembelajaran Meaningful Learning dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran, termasuk pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani.
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhaan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, termasuk service. Pembelajaran service dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, jarang sekali dilakukan oleh guru, termasuk guru Pendidikan Jasmani yang bertugas di SMA Negeri 1 Ciamis.Sejauh mana pengaruh pendekatan ini terhadap penguasaan service, khususnya pada siswa kelas XI di SMA ini belum dapat diketahui secara pasti. Oleh karena itu melalui penelitian ini hal tersebut akan dicoba untuk diungkap. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada peningkatan kemampuan service melalui penggunaan strategi pembelajaran meaningful learning.

b.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah penerapan strategi pembelajaran meaningful learningdapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari dalam menguasai service pada permainan olahraga bolavoli?
c.       Cara Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah, dalam pembelajaran service, solusi yang diupayakan adalah strategi pembelajaran meaningful learning. Besar harapan melalui penerapan pendekatan ini akan membawa perubahan ke arah yang diinginkan.
d.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.
1.      Guru dapat meningkatkan kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran service.
2.      Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik lagi dalam pembelajaran service.
3.      Seluruh siswa menguasai materi dalam pembelajaran service secara tuntas.
e.       Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus.Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).Melalui kedua siklus penelitian tindakan kelas tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai service pada permainan olahraga bolavoli.Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Dengan diterapkan strategi pembelajaran meaningfullearningdapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan service pada olahraga bolavoli”.
E.     Landasan Teoretis
a.      Strategi Pembelajaran Bermakna Penuh (Meaningful Learning Strategy)
5
Strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning) merupakan pengembangan dari proses belajar kogninif.  Menurut Saud (2008:168) strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning) adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Piaget (dalam Sanjaya, 2005:78) menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Strategi strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning) memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi dari dalam diri sesorang. Karena itu pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Lebih jauh Piaget (dalam Saud, 2008:169) mengatakan hakikat pengetahuan adalah: (1) pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia nyata, akan tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek; (2) subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan; dan (3) pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang, struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning) merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif, yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya (Bell dalam Saud, 2008:169). Menurut Saud, konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.
Hanya meaningfullearninglah yang sesungguhnya pembelajaran (Ausubel dalam Mulyasa, 2003:237).Lebih lanjut dikemukakan, bahwa pembentukan pengetahuan melibatkan interpretasi kita atas peristiwa tersebut.Sebelum peristiwa tersebut menjadi pengetahuan kita, dia harus melewati lapisan yang disebut “interpretasi”.Inilah yang disebut meaningfullearning. Interpretasi ini adalah suatu proses berpikir yang singkat dan cepat yang terjadi dalam otak kita (Mulyasa, 2003:238).
Ada beberapa butir yang perlu selalu diingat guru dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning) sebagai landasan dalam membelajarkan siswa berdasarkan strategi peta konsep, yakni sebagai berikut.
1.      Pusat kegiatan belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.
2.      Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3.      Bangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya.
4.      Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat peserta didik bosan. Ini harus segera ditanggulangi.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh butir-butir khusus tentang hakekat pembelajaran peta konsep yang berlandaskan strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning), sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2003:239), yang berikut ini.
1.      Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran.      
2.      Proses aktif ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
3.      Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
4.      Interpretasi dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
5.      Tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau  siswa tidak bertanya/tidak bicara berarti dia tidak belajar secara optimal.
6.      Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.
Ada beberapa langkah strategis yang harus ditempuh oleh guru dan siswa dalam melaksanakan KBM berdasarkan strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning). Beberapa langkah dimaksud dijelaskan Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan berikut.
1.      Tahap pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
2.      Tahapan eksplorasi selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problemsolving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.
3.      Tahapan konsolidasi pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.
4.      Tahapan pembentukan sikap dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku peserta didik.
5.      Tahapan penilaian formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan  (3) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b.      Orientasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.Dengan Pendidikan Jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat, dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik, dan strategi permainan, dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi, dan sosial.Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Adapun tujuan dari Pendidikan Jasmani, sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2006:131), antara lain:
1.      meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani;
2.      membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama;
3.      menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran Pendidikan Jasmani;
4.      mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani;
5.      mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education);
6.      mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani;
7.      mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain;
8.      mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat; dan
9.      mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
Selain itu, Pendidikan Jasmani pun memiliki fungsi tersendiri, sebagaimana rincian yang dikemukakan Mulyasa (2006:132) berikut ini.
1.      Berfungsi sebagai aspek organik, antara lain: (1) menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan; (2) meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot;  (3) meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama; (4) meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama; dan (5) meningkatkan fleksibilitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
2.      Berfungsi sebagai aspek neuromuskuler, antara lain: (1) meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot; (2) mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir, dan menarik; (3) mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melengok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok; (4)  mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli; (5) mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan; (6) mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan sebagainya; dan (7) mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki, berkemah, berenang dan lainnya.
3.      Berfungsi sebagai aspek perceptual, antara lain: (1) mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat; (2) mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya; (3) mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki; (4) mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis; (5) mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu; konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang; (6) mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri; dan (7) mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.
4.      Berfungsi sebagai  aspek kognitif, antara lain: (1) mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan; (2) meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika; (3) mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi; (4) meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani; (5) menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya; dan (6) meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.
5.      Berfungsi sebagai aspek sosial, antara lain: (1) menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada; (2) mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok; (3) belajar berkomunikasi dengan orang lain; (4) mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok; (5) mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat; (6) mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat; (7) mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif; (8)  belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif; dan (9) mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.
6.      Berfungsi sebagai pengembagan aspek emosional, antara lain: (1) mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani; (2) mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton; (3) melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat; (4) memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas; dan (5) menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.
Ruang lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Jasmani untuk jenjang Sekolah Dasar atau yang sederajat sudah diatur dalam kurikulum yang berlaku, meliputi: (1) permainan dan olahraga; (2) aktivitas pengembangan; (3) aktivitas senam; (4) aktivitas ritmik; (5) aktuatik (aktivitas air); dan (6) pendidikan luar kelas (outdooreducation) (Sagala, 2010:53).
Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenis permainan dan olahraga, baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu.Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan dan sistem nilai seperti; kerjasama, sportivitas, jujur, berpikir kritis, dan patuh pada peraturan yang berlaku.Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan komponen kebugaran jasmani. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti; kekuatan, daya tahan, keseimbangan, dan kelenturan tubuh, bentuk latihan yang dilakukan dalam aktivitas ini misalnya: pull-up, sit-up, back-up, push-up, squat-jump dan lain-lain.
Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti, senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian, kapasitas diri, dan pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.Aktivitas ritmik berisi tentang hubungan gerak dengan irama dan juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajarannya memfokuskan pada kesesuaian atau keterpaduan antara gerak dan irama.Akuatik (aktivitas air) berisi tentang kegiatan di air, seperti; permainan air, gaya-gaya renang, dan keselamatan di air, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Aktivitas Luar Sekolah berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti; bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, menelusuri sungai, cano dan lainnya), serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Salah satu dari bentuk permainan dan olahraga yang wajib dipelajari dan dikuasai oleh setiap siswa SD mana pun, adalah bola voli. Adanya tuntutan ini dinyatakan dalam standar kompetensi berikut “Melakukan teknik, strategi, dan taktik berbagai permainan dan olahraga berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya” dan kompetensi dasar berikut “Melakukan keterampilan salah satu nomor olahraga beregu dengan menggunakan bola besar (sepak bola,bola voli atau bola basket) Demi keberhasilan siswa dalam mempelajari dan menguasai” (BSNP, 2006).
c.       Service
Servismerupakansalahsatugerak dasar permainanbola voliyang memiliki fungsigandayaitu, sebagai tandadimulainyapermainan dan sebagai seranganpertamabagireguyang melakukannya.Barbara dan Bonnie (1996:27)menyatakan bahwaServisadalahsatu-satunyateknikyang digunakan untukmemulaipertandingan.MenurutMa’mum dan Subroto(2001: 61)bahwa,Servisadalahawalterjadinyasuatupermainanbolavoli.Akantetapi dalamperkembangannyaservismenjadisalahsatuseranganpertamayangsangat penting.
Sebagai serangan,makaservis harus dilakukansesulit mungkin.Untuk membuatpukulanservisyang sulitdapatdilakukandenganbeberapacarayaitu tenisservice,floatingdancekis.Tenisservispadadasarnyamerupakanpukulan servisyang menjadikanbolamemilikitopspinselamamenjalanilintasannyasaat dipukul oleh server. Floating merupakanjenis servisyang mengambang atau melayang saatmenjalanilintasannya.Dieter(2005:14)menyatakan, Maksuddarifloatingservive adalahservisyangtidakmengandungspin.Bola seakan-akan melayang, tanpa  berputar  sama  sekali.  Servis ini sangat efektif karenaarahlajubola tidakmenentu. Sedangkanserviscekismerupakanjenis servisyang tajam,karenapelaksanaannyadilakukandengandibantumeliukkan badan,lecutanlengandangerakanpergelangantangan,sehingga bolasetelah dipukulmentaldengankerasdantopspin.Karena putarandankerasnya pukulan, makabola akan menjalani lintasannyadengan cepat dan tajam jatuhnya.



F.     Metodologi Peneltian
a.      Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VISD Negeri 1 Mekarsari, semester 1 tahun pelajaran 2009/2010, dengan kompetensi dasar melakukan service dengan baik. Siswa di kelas tersebut berjumlah 34 orang siswa.
b.      Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Data hasil belajar dikumpulkan dengan cara melakukan tes kepada siswa setelah selesai tindakan.
2.      Data pelaksanaan pembelajaran diperoleh melalui hasil pengamatan kolabolator selama selama pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru dan siswa pada saat KBM.
3.      Data refleksi guru dan siswa diperoleh melalui pemberian angket kepada siswa dan guru setelah selesai tiap siklus.
c.       Prosedur Penelitian
Siklus I
1.      Perencanaan
1)      Menyusun RPP pada kompetensi dasar melakukan service yang baik.
2)      Menyiapkan instrumen penelitian untuk guru dan siswa.
3)      Menyiapkan format evaluasi.
4)      Menyiapkan sumber belajar.
5)      Mengembangkan skenario pembelajaran berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran meaningful learning.
2.      Tindakan
1)      Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki kompetensi dasar yang akan dibahas.
2)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3)      Guru menjelaskan materi pelajaran hari itu dengan menjelaskan langkah-langkah kerja strategi pembelajaran meaningful learning.
4)      Guru melatih siswa dalam melakukan service yang baik.
5)      Siswa diberi kesempatan untuk berlatih sesuai dengan contoh yang diberikan guru.
6)      Guru mengadakan tes/ulangan.
7)      Guru membagikan angket dan memerintahkan siswa untuk mengisi.

3.      Pengamatan
1)      Observasi (kolabolator) mengamati kegiatan guru pada saat pembelajaran dan mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan instrumen pengamatan guru dan siswa.
2)      Guru mengevaluasi respon siswa selama pembelajaran dari angket yang diisi siswa.
3)      Guru mengevaluasi kegiatannya dengan menggunakan angket guru.
4.      Refleksi 
1)      Pada siklus I terlihat siswa belum mengerti tugas sehingga latihan belum berjalan dengan lancar.
2)      Siswa masih belum dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan tepat.
3)      Siswa masih banyak merasa kesulitan untuk melakukan contoh yang diberikan guru.
Siklus II dan Siklus III
Pada siklus II, guru dan siswa menempuh tahapan yang sama seperti pada siklus I.Setiap langkah yang ditempuh tersebut didasarkan pada hasil refleksi. 

d.      Monitoring dan Evaluasi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, setiap siklus diamati oleh kolabolator untuk mengetahui pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan. Pemantauan dilaksanakan 1 orang kolabolator dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan. Guru memantau kegiatan siswa dan memantau kegiatan guru. Guru memantau kegiatan siswa pada saat kegiatan pembelajaran.
Untuk mengetahui perubahan siswa setelah dilakukan tindakan diperoleh dari hasil angket yang diisi oleh siswa pada akhir pembelajaran. Sedangkan untuk mengevaluasi peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes yang diadakan tiap akhir siklus.
e.       Analisis Hasil Refleksi
Data yang dianalisis meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.      Perubahan yang terjadi pada siswa saat pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. Analisis yang digunakan adalah deskripsi, memaparkan data hasil pengamatan, dan hasil angket siswa pada setiap akhir siklus dengan membandingkan hasil yang dicapai tiap siklus.
2.      Peningkatan hasil belajar tiap siklus. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan analisis kuantitatif dengan rumus sebagai berikut.
P = PosrateBaserate x 100%
                     Baserate

Keterangan:
P                  : persentase peningkatan
Posrate        : nilai sesudah diberikan tindakan
Baserate      : nilai sebelum tindakan
Berdasarkan hasil pengamatan, angket, dan tes akhir siklus apabila masih dirasakan gagal, peneliti mencari dugaan penyebab kekurangan dan sekaligus mencari alternatif solusi untuk dirancang pada tindakan berikutnya. Tolok ukur refleksi penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1)   Adanya peningkatan kreativitas yang terlihat pada antusias, aktivitas, dan rasa senang siswa dalam pembelajaran servicesecara signifikan pada setiap siklus.
2)   Adanya peningkatan nilai ulangan yang signifikan pada setiap siklus.














G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran service, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran, dan mengembangkan skenario pembelajaran service berdasarkan strategi pembelajaran meaningful learning.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar melakukan serviceyang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk berlatih service sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam belajar, kemampuan siswa dalam mengikuti proses latihan mendapatkan nilai kriteria cukup dengan rentangan nilai 60-70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengikuti proses latihan, keintensifan, kerjasama, keefektivan mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60 yang mencapai  33,3% dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 50%, kelancaran pada saat berlatih hanya 50%, dan sedikit sekali yang dapat mengeefektifkan waktu  hanya 33,3%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90% siswa merasa senang, 40% merasa kesulitan belajar, 50% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 90% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus I, mendapat nilai rata-rata kelas 72,00 dan masih terdapat 30,23% siswa yang nilainya di bawah standar KKM mata pelajaran Penjas yang telah ditentukan sekolah.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus I, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun teknik latihan, kelancaran mengikuti proses latihan dan keefektifan waktu mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model pembelajaran meaningful learning. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus I perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi. Berdasarkan siklus I didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 72,00 yang berarti ada kenaikan 10,18% dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II.
b.      Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi pada dasar melakukan servicedan mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, menyiapkan sumber belajar berupa buku-buku penunjang, dan mengembangkan skenario pembelajaran service berdasarkan langkah-langkah model meaningfullearning.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pralatihan serviceyang akan dipelajari,  menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa bersiap sedia menuju lapangan.
Memasuki kegiatan inti, guru menyajikan materi pelajaran dengan teliti disertai pemberian contoh yang lebih konkret dan mudah diikuti siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan service. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa melakukan latihan service berdasarkan petunjuk guru. Guru membimbingnya dengan sabar dan teratur hingga seluruh siswa mendapatkan giliran untuk melakukan tindak perbuatan yang diinginkan. Hingga kegiatan inti berakhir, guru dan siswa tetap bersinergis melaksanakan KBM.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam berlatih, kemampuan siswa dalam menghimpun pengetahuan teknik service, kelancaran dalam berlatih mendapat nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai 80%.  Keefektifan dalam berlatih, ketelitian dalam melakukan proses latihan, mendapat nilai baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai  60%  dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 67%, kelancaran dalam mengikuti simulasi latihan hanya 100%, dan siswa  yang dapat mengikuti pelatihan hingga akhir  hanya 70%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 98% siswa merasa senang, 15% merasa kesulitan belajar, 70% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 95% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus II, mendapat nilai rata-rata kelas 79,07.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus II, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun teknik latihan, kelancaran mengikuti proses latihan dan keefektifan waktu mendapat nilai kurang dengan rentang nilai 71-85, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model pembelajaran meaningful learning.Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 30% yang masih kesulitan memahami materi dan 30% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi. Berdasarkan siklus II didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 79,07 yang berarti ada kenaikan 9,82% dari siklus I. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus III.
c.       Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran service, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, dan mengembangkan skenario pembelajaran service berdasarkan langkah-langkah meaningful learning.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pralatihan serviceyang akan dipelajari,  menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa bersiap sedia menuju lapangan.
Memasuki kegiatan inti, guru menyajikan materi pelajaran dengan teliti disertai pemberian contoh yang lebih konkret dan mudah diikuti siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan service. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa melakukan latihan service berdasarkan petunjuk guru. Guru membimbingnya dengan sabar dan teratur hingga seluruh siswa mendapatkan giliran untuk melakukan tindak perbuatan yang diinginkan. Hingga kegiatan inti berakhir, guru dan siswa tetap bersinergis melaksanakan KBM.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik sekali dengan rentang nilai >85 yang mencapai  90%. Dengan ini, 100% siswa sudah dapat menyelesaikan tugasnya, kelancaran pada saat presentasi hanya 90%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 100% siswa merasa senang, 13% merasa kesulitan belajar, 92% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 100% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus III, mendapat nilai rata-rata kelas 84,65.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus III, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian mempelajari materi ajar mendapatkan nilai baik sekali, ini menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan yang signifikan melalui pembelajaran meaningful learning, 13% siswa yang masih kesulitan memahami materi dan 8% sudah menguasai materi. Dengan demikian, pada siklus III kegiatan dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya,. Berdasarkan siklus III didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 84,65 yang berarti ada kenaikan 7,06% dari siklus II.
Untuk mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke siklusnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Saat KBM
No
Kegiatan/Aspek yang diamati
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Antusias siswa dalam mengikuti KBMservice
Cukup
Baik Sekali
Baik Sekali
2.
Kelancaran mengikuti latihan service
Kurang
Baik
Baik Sekali
3.
Keaktifan siswa dalam meresfon tuntutan
Cukup
Baik
Baik Sekali
4.
Kemampuan siswa dalam melakukan service dalam berbagai teknik.
Cukup
Baik Sekali
Baik Sekali
5.
Ketelitian dalam melakukan service
Kurang
Baik
Baik
6.
Kemampuan menghindari kesalahan dalam service
Kurang
Baik
Baik
7.
Ketepatan dalam melakukan service
Kurang
Baik
Baik Sekali
8.
Kelancaran siswa dalam melakukan service
Cukup
Baik
Baik
Keterangan:   Baik sekali      : 86 – 100
Baik                 : 71 – 85
Cukup              : 60 – 70
Kurang             : >60

 Hasil angket siswa yang diambil pada setiap siklus PTK, disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2   Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Setelah KBM
No 
Pertanyaan
Jawaban
Siklus I            (%)
Siklus II            (%)
Siklus III            (%)
1.
Apakah pembelajaranservice berdasarkan langkah-langkah meaningfullearningmenyenangkan?
Ya
90
93
100
Tidak
10
7
0
2.
Apakah dengan pembelajaran service berdasarkan model meaningful learningmembuat kamu mudah memahami materi pelajaran?
Ya
60
70
87
Tidak
40
30
13
3.
Apakah dengan pembelajaran service berdasarkan model meaningful learningmembuat kamu berani mengemukakan pendapat?
Ya
50
70
92
Tidak
50
30
8
4.
Apakah dengan pembelajaran service berdasarkan model meaningful learningmendorong kamu lebih kreatif?
Ya
90
95
100
Tidak
10
5
0
5.
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaranservice berdasarkan model meaningful learning?
Ya
30
15
0
Tidak
70
85
100

GRAFIK 1 Hasil Ulangan Sebelum danTiap Akhir Siklus





H.    Simpulan dan Saran
a.      Simpulan
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran service berdasarkan langkah-langkah strategis model meaningful learning dan hasilnya untuk kemudian dianalisis secara deskriptif, akhirnya diperoleh simpulan sebagai berikut.
1.    Model pembelajaran meaningful learningmenjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran service.
2.    Ketepatan siswa dalam melakukan service berhasil ditingkatkan setelah melalui proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran meaningful learning.
3.    Variasi service dapat dilakukan siswa setelah melalui proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran meaningful learning..
b.      Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut.
1.    Inovasi pembelajaran yang berbasis siswa perlu dikembangkan guna meningkatkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan memungkinkan siswa menguasai kompetensi yang dipelajari, termasuk dalam service pada olahraga bolavoli.
2.    Untuk mengembangkan sikap dan keterampilan dalam melakukan service memerlukan banyak latihan secara bermakna.
3.    Guru perlu melakukan pendekatan untuk memberikan motivasi sehingga terbentuk rasa percaya diri pada siswa.
I.       Daftar Pustaka
Kleinmann, Theo & Kruber, Dieter. 1990. Bola Volley Pembinaan Teknik, Taktik dan Kondisi Pengantar untuk Pelatih/Pendidik. Jakarta : PT. Gramedia
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta : Depdiknas
Nurhasan, 2001.Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas
Roji.2004. Pendidikan Jasmani untuk SMP Kelas VII.Jakarta : Erlangga
Suderajat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pembaharuan Pendidikan dalam Undang-undang Sisdiknas 2003. Bandung : CV Cipta Cekas Grafika.
Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam Pendidikan Jasmani Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.Jakarta : Depdiknas
Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud
Umaedi.1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu.Jakarta : Depdikbud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar