A.
Judul
PENINGKATAN KEMAMPUAN
SERVICE MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN MEANINGFUL LEARNING PADA SISWA
KELAS VI SD NEGERI 1 MEKARSARI, KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS
B.
Nama
Penulis
Cicih, S.Pd (Guru Penjasorkes SD Negeri
1 Mekarsari, Kec. Cimerak)
C.
Abstrak dan Kata
Kunci
ABSTRAK
Kata
Kunci: Kemampuan Siswa, Service, dan Strategi Pembelajaran Meaningful
Learning
Penelitian yang berfokus pada upaya
guru meningkatkan kemampuan service
pada siswa diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran meaningful learning. Melalui upaya ini
diharapkan proses dan hasil belajar siswa menjadi lebih bermakna daripada
sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010.Waktu pelaksanaannya,
lebih kurang satu bulan, yakni pada bulan April 2009.Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan penelitian tindakan kelas, yang alurnya terdiri atas
merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, mengobservasi pelaksanaan
tindakan, dan merefleksi hasil tindakan.Hasil refleksi tersebut digunakan untuk
mengambil keputusan.Adapun data penelitian berupa catatan lapangan, catatan
hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil menulis.Instrumen
pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dan
dokumentasi.Analisis data dengan teknik kualitatif pendekatan mengalir,
meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan
data.Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan
siswa.Setelah menyelesaikan
penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Strategi
pembelajaran meaningful learning
dapat meningkatkan kemampuan service
pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis
Tahun Pelajaran 2009/2010.
D.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan
investasi jangka panjang yang sangat besar artinya bagi pembangunan generasi
penerus bangsa.Dengan demikian pendidikan sangat memegang perananan yang sangat
penting bagi nasib kehidupan bangsa, karena berkaitan langsung dengan
pembangunan kualitas sumber daya manusia. Menurut Umaedi (1999) mengatakan
bahwa Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi
dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Peningkatan
kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah
dengan mengadakan pembaharuan kurikulum pendidikan nasional sesuai dengan
perkembangan zaman.
Saatini pemerintah
telah menerapkan kebijakan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).Kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru dalam kegiatan pembelajaran
untuk semua mata pelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, dan materi pokok untuk masing-masing mata pelajaran, termasuk di
dalamnya untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani.Agar hal itu dapat tercapai dengan
baik oleh siswa, maka guru dituntut secara kreatif dan inovatif untuk menggunakan
berbagai pendekatan, tentunya yang relevan dengan setiap tuntutan yang
diinginkan.
Pendekatan pembelajaran
yang tepat, tuntutan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh siswa.Oleh
karena itu, siswa harus mengalami secara langsung proses belajar yang
sebenarnya. Proses belajar siswaakan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa
apabila siswa dapat dengan mudah memenuhi setiap tuntutan pembelajaran.Pada
saat ini telah dikembangkan suatu pendekatan dimana guru dituntut untuk dapat
mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka.Pendekatan ini dikenal dengan istilah pendekatan konstruktivisme.Strategi
pembelajaran Meaningful Learning dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk
semua mata pelajaran, termasuk pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani.
Pendidikan Jasmani pada
dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhaan yang
bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan
berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan
tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.Dalam proses pembelajaran
Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak
dasar, termasuk service. Pembelajaran
service dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, jarang sekali dilakukan
oleh guru, termasuk guru Pendidikan Jasmani yang bertugas di SMA Negeri 1
Ciamis.Sejauh mana pengaruh pendekatan ini terhadap penguasaan service, khususnya pada siswa kelas XI
di SMA ini belum dapat diketahui secara pasti. Oleh karena itu melalui
penelitian ini hal tersebut akan dicoba untuk diungkap. Atas dasar itu yang
telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang
berfokus pada peningkatan kemampuan service
melalui penggunaan strategi pembelajaran meaningful
learning.
b.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, pokok
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah penerapan strategi pembelajaran meaningful learningdapat meningkatkan
kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari dalam menguasai service pada permainan olahraga bolavoli?”
c.
Cara
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah,
dalam pembelajaran service, solusi yang diupayakan adalah strategi pembelajaran
meaningful learning. Besar harapan
melalui penerapan pendekatan ini akan membawa perubahan ke arah yang
diinginkan.
d.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian
tindakan kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.
1. Guru
dapat meningkatkan kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam
pembelajaran service.
2. Siswa
merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik
lagi dalam pembelajaran service.
3. Seluruh
siswa menguasai materi dalam pembelajaran service
secara tuntas.
e.
Hipotesis
Tindakan
Penelitian tindakan
kelas ini direncanakan dalam dua siklus.Setiap siklus dilaksanakan mengikuti
prosedur perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).Melalui kedua siklus
penelitian tindakan kelas tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan siswa
dalam menguasai service pada
permainan olahraga bolavoli.Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut “Dengan diterapkan strategi pembelajaran meaningfullearningdapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam melakukan service pada
olahraga bolavoli”.
E.
Landasan
Teoretis
a.
Strategi
Pembelajaran Bermakna Penuh (Meaningful
Learning Strategy)
5
|
Hanya meaningfullearninglah yang sesungguhnya
pembelajaran (Ausubel dalam Mulyasa, 2003:237).Lebih lanjut dikemukakan, bahwa
pembentukan pengetahuan melibatkan interpretasi kita atas peristiwa
tersebut.Sebelum peristiwa tersebut menjadi pengetahuan kita, dia harus
melewati lapisan yang disebut “interpretasi”.Inilah yang disebut meaningfullearning. Interpretasi ini
adalah suatu proses berpikir yang singkat dan cepat yang terjadi dalam otak
kita (Mulyasa, 2003:238).
Ada beberapa butir yang
perlu selalu diingat guru dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran
bermakna penuh (meaningful learning)
sebagai landasan dalam membelajarkan siswa berdasarkan strategi peta konsep,
yakni sebagai berikut.
1.
Pusat
kegiatan belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.
2.
Pembelajaran
dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3.
Bangkitkan
motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupannya.
4.
Guru
harus segera mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat
peserta didik bosan. Ini harus segera ditanggulangi.
Dari beberapa
pendapat di atas diperoleh butir-butir khusus tentang hakekat pembelajaran peta
konsep yang berlandaskan strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning), sebagaimana
dikemukakan Mulyasa (2003:239), yang berikut ini.
1.
Siswa
harus selalu aktif selama pembelajaran.
2.
Proses
aktif ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
3.
Interpretasi
selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
4.
Interpretasi
dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar
pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
5.
Tanya
jawab didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak bicara berarti dia
tidak belajar secara optimal.
6.
Kegiatan
belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan,
tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.
Ada beberapa langkah strategis yang harus ditempuh oleh guru dan siswa
dalam melaksanakan KBM berdasarkan strategi pembelajaran bermakna penuh (meaningful learning). Beberapa langkah
dimaksud dijelaskan Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan berikut.
1.
Tahap
pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah
berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami
peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan
berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui
hal-hal yang baru.
2.
Tahapan
eksplorasi selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara
aktif dalam problemsolving; (3)
letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang
baru dengan berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari
metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi
bagian dari pengetahuan peserta didik.
3.
Tahapan
konsolidasi pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi
ajaran baru; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural,
yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek
kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling
tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan
peserta didik.
4.
Tahapan
pembentukan sikap dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian
yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun
sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang
dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan
pada sikap dan perilaku peserta didik.
5.
Tahapan
penilaian formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta
didik; (2) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau
kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (3) cari metodologi yang paling tepat yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Orientasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani di
Sekolah
Pendidikan Jasmani
pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani,
keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial,
penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.Di dalam
intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia
yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat
penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam
aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang
dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk
membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Pendidikan Jasmani
merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan
fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai
(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang
bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.Dengan
Pendidikan Jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya
dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif,
inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat, dan memiliki
pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Dalam proses
pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai
keterampilan gerak dasar, teknik, dan strategi permainan, dan olahraga, internalisasi
nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan
pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam
kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental,
intelektual, emosi, dan sosial.Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus
mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat
mencapai tujuan pengajaran.Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis,
dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, karena
gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia
dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan
zaman.
Pendidikan Jasmani
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan
secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu
secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam
kerangka sistem pendidikan nasional. Adapun tujuan dari Pendidikan Jasmani,
sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2006:131), antara lain:
1. meletakkan
landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan
jasmani;
2.
membangun landasan kepribadian yang
kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya,
etnis dan agama;
3.
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
melalui tugas-tugas pembelajaran Pendidikan Jasmani;
4.
mengembangkan sikap sportif, jujur,
disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui
aktivitas jasmani;
5.
mengembangkan keterampilan gerak
dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga,
aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan
pendidikan luar kelas (outdoor education);
6.
mengembangkan keterampilan pengelolaan
diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola
hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani;
7.
mengembangkan keterampilan untuk menjaga
keselamatan diri sendiri dan orang lain;
8.
mengetahui dan memahami konsep aktivitas
jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup
sehat; dan
9.
mampu mengisi waktu luang dengan
aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
Selain
itu, Pendidikan Jasmani pun memiliki fungsi tersendiri, sebagaimana rincian
yang dikemukakan Mulyasa (2006:132) berikut ini.
1. Berfungsi
sebagai aspek organik, antara lain: (1) menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi
lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara
memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan; (2)
meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot
atau kelompok otot; (3) meningkatkan
daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam
waktu yang lama; (4) meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu
untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif
lama; dan (5) meningkatkan fleksibilitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian
yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
2. Berfungsi sebagai aspek neuromuskuler,
antara lain: (1) meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot;
(2) mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat,
meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir, dan
menarik; (3) mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun,
melengok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok;
(4) mengembangkan keterampilan dasar
manipulatif, seperti; memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar,
mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli; (5) mengembangkan faktor-faktor
gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan;
(6) mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola
voli, bola basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan sebagainya; dan (7)
mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki, berkemah,
berenang dan lainnya.
3. Berfungsi
sebagai aspek perceptual, antara lain: (1) mengembangkan kemampuan menerima dan
membedakan isyarat; (2) mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan
tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan,
belakang, bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya; (3)
mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan mengkoordinasikan
pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau
kaki; (4) mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan
mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis; (5) mengembangkan dominansi (dominancy),
yaitu; konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar
atau menendang; (6) mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu;
kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian
dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri; dan (7) mengembangkan image tubuh (body image), yaitu
kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau
ruang.
4. Berfungsi
sebagai aspek kognitif, antara lain: (1)
mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan
dan membuat keputusan; (2) meningkatkan pengetahuan peraturan permainan,
keselamatan, dan etika; (3) mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan
teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi; (4) meningkatkan
pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani;
(5) menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan
jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam
mengimplementasikan aktivitas dan dirinya; dan (6) meningkatkan pemahaman
tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.
5. Berfungsi
sebagai aspek sosial, antara lain: (1) menyesuaikan diri dengan orang lain dan
lingkungan dimana berada; (2) mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan
keputusan dalam situasi kelompok; (3) belajar berkomunikasi dengan orang lain;
(4) mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam
kelompok; (5) mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi
sebagai anggota masyarakat; (6) mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima
di masyarakat; (7) mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif; (8) belajar menggunakan waktu luang yang
konstruktif; dan (9) mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang
baik.
6. Berfungsi
sebagai pengembagan aspek emosional, antara lain: (1) mengembangkan respon yang
sehat terhadap aktivitas jasmani; (2) mengembangkan reaksi yang positif sebagai
penonton; (3) melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat; (4)
memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas; dan (5)
menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.
Ruang
lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Jasmani untuk jenjang Sekolah Dasar atau
yang sederajat sudah diatur dalam kurikulum yang berlaku, meliputi: (1)
permainan dan olahraga; (2) aktivitas pengembangan; (3) aktivitas senam; (4)
aktivitas ritmik; (5) aktuatik (aktivitas air); dan (6) pendidikan luar kelas (outdooreducation) (Sagala, 2010:53).
Permainan
dan olahraga terdiri dari berbagai jenis permainan dan olahraga, baik
terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu.Dalam
aktivitas ini termasuk juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan dan
sistem nilai seperti; kerjasama, sportivitas, jujur, berpikir kritis, dan patuh
pada peraturan yang berlaku.Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang
berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan komponen
kebugaran jasmani. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan aspek pengetahuan
yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti; kekuatan,
daya tahan, keseimbangan, dan kelenturan tubuh, bentuk latihan yang dilakukan
dalam aktivitas ini misalnya: pull-up,
sit-up, back-up, push-up, squat-jump dan lain-lain.
Aktivitas
senam berisi tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti,
senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk
melatih keberanian, kapasitas diri, dan pengembangan aspek pengetahuan yang
relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.Aktivitas ritmik berisi
tentang hubungan gerak dengan irama dan juga pengembangan aspek pengetahuan
yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam proses
pembelajarannya memfokuskan pada kesesuaian atau keterpaduan antara gerak dan
irama.Akuatik (aktivitas air) berisi tentang kegiatan di air, seperti;
permainan air, gaya-gaya renang, dan keselamatan di air, serta pengembangan
aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Aktivitas
Luar Sekolah berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas
lainnya, seperti; bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan
pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki
gunung, menelusuri sungai, cano dan lainnya), serta pengembangan aspek
pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Salah
satu dari bentuk permainan dan olahraga yang wajib dipelajari dan dikuasai oleh
setiap siswa SD mana pun, adalah bola voli. Adanya tuntutan ini dinyatakan
dalam standar kompetensi berikut “Melakukan teknik, strategi, dan taktik
berbagai permainan dan olahraga berdasarkan konsep yang benar dan memiliki
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya” dan kompetensi dasar berikut
“Melakukan keterampilan salah satu nomor olahraga beregu dengan menggunakan
bola besar (sepak bola,bola voli atau bola basket) Demi keberhasilan siswa
dalam mempelajari dan menguasai” (BSNP, 2006).
c. Service
Servismerupakansalahsatugerak
dasar permainanbola voliyang memiliki
fungsigandayaitu, sebagai tandadimulainyapermainan
dan
sebagai seranganpertamabagireguyang
melakukannya.Barbara dan Bonnie (1996:27)menyatakan bahwa“Servisadalahsatu-satunyateknikyang
digunakan untukmemulaipertandingan”.MenurutMa’mum
dan Subroto(2001: 61)bahwa,“Servisadalahawalterjadinyasuatupermainanbolavoli.Akantetapi
dalamperkembangannyaservismenjadisalahsatuseranganpertamayangsangat
penting”.
Sebagai
serangan,makaservis harus dilakukansesulit mungkin.Untuk membuatpukulanservisyang
sulitdapatdilakukandenganbeberapacarayaitu
tenisservice,floatingdancekis.Tenisservispadadasarnyamerupakanpukulan
servisyang menjadikanbolamemilikitopspinselamamenjalanilintasannyasaat dipukul oleh server. Floating merupakanjenis
servisyang mengambang atau melayang
saatmenjalanilintasannya.Dieter(2005:14)menyatakan,
“Maksuddarifloatingservive adalahservisyangtidakmengandungspin.Bola seakan-akan
melayang, tanpa berputar sama sekali.
Servis ini sangat efektif karenaarahlajubola
tidakmenentu”. Sedangkanserviscekismerupakanjenis
servisyang tajam,karenapelaksanaannyadilakukandengandibantumeliukkan
badan,lecutanlengandangerakanpergelangantangan,sehingga bolasetelah dipukulmentaldengankerasdantopspin.Karena
putarandankerasnya
pukulan,
makabola akan menjalani lintasannyadengan
cepat
dan tajam jatuhnya.
F.
Metodologi
Peneltian
a. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas
VISD Negeri 1
Mekarsari, semester 1 tahun
pelajaran 2009/2010, dengan kompetensi dasar melakukan service
dengan baik. Siswa di kelas tersebut berjumlah 34 orang siswa.
b. Jenis
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik,
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Data
hasil belajar dikumpulkan dengan cara melakukan tes kepada siswa setelah selesai
tindakan.
2.
Data
pelaksanaan pembelajaran diperoleh melalui hasil pengamatan kolabolator selama
selama pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrumen observasi
kegiatan guru dan siswa pada saat KBM.
3.
Data
refleksi guru dan siswa diperoleh melalui pemberian angket kepada siswa dan
guru setelah selesai tiap siklus.
c.
Prosedur Penelitian
Siklus
I
1. Perencanaan
1)
Menyusun
RPP pada kompetensi dasar melakukan service
yang baik.
2)
Menyiapkan
instrumen penelitian untuk guru dan siswa.
3)
Menyiapkan
format evaluasi.
4)
Menyiapkan
sumber belajar.
5)
Mengembangkan
skenario pembelajaran berdasarkan langkah-langkah strategi
pembelajaran meaningful learning.
2. Tindakan
1)
Guru
melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki kompetensi dasar
yang akan dibahas.
2)
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3)
Guru
menjelaskan materi pelajaran hari itu dengan menjelaskan langkah-langkah kerja strategi
pembelajaran meaningful learning.
4)
Guru
melatih
siswa dalam melakukan service yang baik.
5)
Siswa
diberi kesempatan untuk berlatih sesuai dengan contoh yang
diberikan guru.
6)
Guru
mengadakan tes/ulangan.
7)
Guru
membagikan angket dan memerintahkan siswa untuk mengisi.
3. Pengamatan
1)
Observasi
(kolabolator) mengamati kegiatan guru pada saat pembelajaran dan mengamati
kegiatan siswa dengan menggunakan instrumen pengamatan guru dan siswa.
2)
Guru
mengevaluasi respon siswa selama pembelajaran dari angket yang diisi siswa.
3)
Guru
mengevaluasi kegiatannya dengan menggunakan angket guru.
4. Refleksi
1)
Pada
siklus I terlihat siswa belum mengerti tugas sehingga latihan
belum berjalan dengan lancar.
2)
Siswa
masih belum dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan tepat.
3)
Siswa
masih banyak merasa kesulitan untuk melakukan contoh yang
diberikan guru.
Siklus
II dan Siklus III
Pada
siklus II, guru dan siswa menempuh tahapan yang sama seperti pada siklus I.Setiap
langkah yang ditempuh tersebut didasarkan pada hasil refleksi.
d. Monitoring
dan Evaluasi
Dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, setiap siklus diamati oleh kolabolator untuk mengetahui
pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan. Pemantauan
dilaksanakan 1 orang kolabolator dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan.
Guru memantau kegiatan siswa dan memantau kegiatan guru. Guru memantau kegiatan
siswa pada saat kegiatan pembelajaran.
Untuk mengetahui
perubahan siswa setelah dilakukan tindakan diperoleh dari hasil angket yang
diisi oleh siswa pada akhir pembelajaran. Sedangkan untuk mengevaluasi
peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes yang diadakan tiap akhir
siklus.
e.
Analisis Hasil Refleksi
Data yang dianalisis meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Perubahan yang terjadi pada siswa saat pembelajaran
maupun sesudah pembelajaran. Analisis yang digunakan adalah deskripsi, memaparkan
data hasil pengamatan, dan hasil angket siswa pada setiap akhir siklus dengan
membandingkan hasil yang dicapai tiap siklus.
2. Peningkatan hasil belajar tiap siklus. Untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar digunakan analisis kuantitatif dengan rumus sebagai
berikut.
P = Posrate – Baserate x 100%
Baserate
|
Keterangan:
P
: persentase peningkatan
Posrate :
nilai sesudah diberikan tindakan
Baserate :
nilai sebelum tindakan
Berdasarkan hasil pengamatan, angket, dan tes akhir
siklus apabila masih dirasakan gagal, peneliti mencari dugaan penyebab
kekurangan dan sekaligus mencari alternatif solusi untuk dirancang pada
tindakan berikutnya. Tolok ukur refleksi penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut.
1)
Adanya
peningkatan kreativitas yang terlihat pada antusias, aktivitas, dan rasa senang
siswa dalam pembelajaran servicesecara signifikan pada setiap siklus.
2)
Adanya
peningkatan nilai ulangan yang signifikan pada setiap siklus.
G. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil
Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran service, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa
pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar
mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media
pembelajaran, dan mengembangkan skenario pembelajaran service
berdasarkan strategi pembelajaran meaningful
learning.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru
melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk
memasuki kompetensi dasar melakukan serviceyang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan
dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk
berlatih service sesuai dengan
petunjuk yang diberikan guru.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen
yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat
kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil
yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam belajar, kemampuan siswa dalam mengikuti
proses latihan mendapatkan nilai
kriteria cukup dengan rentangan nilai 60-70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengikuti
proses latihan, keintensifan, kerjasama, keefektivan mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60 yang
mencapai 33,3% dan siswa yang dapat
menyelesaikan tugas hanya 50%, kelancaran pada saat berlatih
hanya 50%, dan sedikit sekali yang dapat mengeefektifkan
waktu hanya 33,3%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90% siswa
merasa senang, 40% merasa kesulitan belajar, 50% siswa ada yang keberanian
mengemukakan pendapat, 90% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar
siswa pada siklus I, mendapat nilai rata-rata kelas 72,00 dan masih terdapat
30,23% siswa yang nilainya di bawah standar KKM mata pelajaran Penjas
yang telah ditentukan sekolah.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus I, antusias, keaktifan, kemampuan
menghimpun teknik latihan, kelancaran mengikuti proses latihan dan keefektifan waktu mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60, ini
menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model
pembelajaran meaningful
learning. Di
sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun
terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani
berpendapat. Dengan demikian, pada siklus I perlu adanya motivasi yang dapat
mendorong siswa lebih berkompetensi. Berdasarkan siklus I didapat nilai
prestasi siswa dengan rata-rata 72,00 yang berarti ada kenaikan 10,18% dari
sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II.
b. Hasil
Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi pada dasar melakukan servicedan
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru
dan siswa pada kegiatan belajar
mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, menyiapkan sumber
belajar berupa buku-buku penunjang, dan mengembangkan skenario pembelajaran service
berdasarkan langkah-langkah model meaningfullearning.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru
melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk
memasuki pralatihan serviceyang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa bersiap sedia
menuju lapangan.
Memasuki kegiatan inti,
guru menyajikan materi pelajaran dengan teliti disertai pemberian contoh yang
lebih konkret dan mudah diikuti siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan service. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya. Siswa melakukan latihan service berdasarkan
petunjuk guru. Guru membimbingnya dengan sabar dan teratur hingga seluruh siswa
mendapatkan giliran untuk melakukan tindak perbuatan yang diinginkan. Hingga
kegiatan inti berakhir, guru dan siswa tetap bersinergis melaksanakan KBM.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi
instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa
pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan
berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.
Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam
berlatih, kemampuan siswa dalam menghimpun pengetahuan
teknik service, kelancaran dalam berlatih mendapat nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71-85
yang mencapai 80%. Keefektifan
dalam berlatih, ketelitian dalam
melakukan proses latihan, mendapat
nilai baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai 60%
dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 67%, kelancaran dalam
mengikuti simulasi latihan hanya
100%, dan siswa yang dapat mengikuti
pelatihan hingga akhir hanya 70%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 98% siswa
merasa senang, 15% merasa kesulitan belajar, 70% siswa ada yang keberanian
mengemukakan pendapat, 95% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar
siswa pada siklus II, mendapat nilai rata-rata kelas 79,07.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus II, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun teknik
latihan, kelancaran mengikuti
proses latihan dan keefektifan
waktu mendapat nilai kurang dengan
rentang nilai 71-85, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap
karena baru mengenal model pembelajaran meaningful
learning.Di
sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun
terdapat 30% yang masih kesulitan memahami materi dan 30% kurang berani
berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III perlu adanya motivasi yang dapat
mendorong siswa lebih berkompetensi. Berdasarkan siklus II didapat nilai
prestasi siswa dengan rata-rata 79,07 yang berarti ada kenaikan 9,82% dari
siklus I. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus III.
c. Hasil
Penelitian dan Pembahasan Siklus III
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran service, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru
dan siswa pada kegiatan belajar
mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, dan mengembangkan
skenario pembelajaran service
berdasarkan langkah-langkah meaningful
learning.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru
melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk
memasuki pralatihan serviceyang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa bersiap sedia
menuju lapangan.
Memasuki kegiatan inti,
guru menyajikan materi pelajaran dengan teliti disertai pemberian contoh yang
lebih konkret dan mudah diikuti siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan service. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya. Siswa melakukan latihan service berdasarkan petunjuk guru. Guru membimbingnya dengan sabar
dan teratur hingga seluruh siswa mendapatkan giliran untuk melakukan tindak
perbuatan yang diinginkan. Hingga kegiatan inti berakhir, guru dan siswa tetap
bersinergis melaksanakan KBM.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi
instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa
pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan
berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.
Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam
diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya,
keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik sekali dengan rentang
nilai >85 yang mencapai 90%. Dengan
ini, 100% siswa sudah dapat menyelesaikan tugasnya, kelancaran pada saat
presentasi hanya 90%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 100% siswa
merasa senang, 13% merasa kesulitan belajar, 92% siswa ada yang keberanian
mengemukakan pendapat, 100% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar
siswa pada siklus III, mendapat nilai rata-rata kelas 84,65.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus III, antusias, keaktifan,
kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan
kelancaran mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian mempelajari materi ajar mendapatkan nilai baik sekali, ini menunjukkan bahwa
sudah ada peningkatan yang signifikan melalui pembelajaran meaningful
learning,
13% siswa yang masih kesulitan memahami materi dan 8% sudah
menguasai materi. Dengan demikian,
pada siklus III kegiatan dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada
siklus berikutnya,. Berdasarkan siklus III didapat nilai prestasi siswa dengan
rata-rata 84,65 yang berarti ada kenaikan 7,06% dari siklus II.
Untuk
mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke siklusnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Saat KBM
No
|
Kegiatan/Aspek
yang diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1.
|
Antusias siswa dalam mengikuti KBMservice
|
Cukup
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
2.
|
Kelancaran mengikuti latihan service
|
Kurang
|
Baik
|
Baik Sekali
|
3.
|
Keaktifan siswa dalam meresfon tuntutan
|
Cukup
|
Baik
|
Baik Sekali
|
4.
|
Kemampuan siswa dalam melakukan service dalam berbagai teknik.
|
Cukup
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
5.
|
Ketelitian dalam melakukan service
|
Kurang
|
Baik
|
Baik
|
6.
|
Kemampuan menghindari kesalahan dalam service
|
Kurang
|
Baik
|
Baik
|
7.
|
Ketepatan dalam melakukan service
|
Kurang
|
Baik
|
Baik Sekali
|
8.
|
Kelancaran siswa dalam melakukan service
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
Keterangan: Baik sekali
: 86 – 100
Baik : 71 – 85
Cukup : 60 – 70
Kurang : >60
Hasil angket siswa
yang diambil pada setiap siklus PTK, disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Angket
Siswa Setelah KBM
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Siklus I (%)
|
Siklus
II (%)
|
Siklus
III (%)
|
1.
|
Apakah pembelajaranservice berdasarkan
langkah-langkah meaningfullearningmenyenangkan?
|
Ya
|
90
|
93
|
100
|
Tidak
|
10
|
7
|
0
|
||
2.
|
Apakah dengan pembelajaran service berdasarkan model meaningful learningmembuat kamu
mudah memahami materi
pelajaran?
|
Ya
|
60
|
70
|
87
|
Tidak
|
40
|
30
|
13
|
||
3.
|
Apakah dengan pembelajaran service berdasarkan model meaningful learningmembuat kamu
berani mengemukakan pendapat?
|
Ya
|
50
|
70
|
92
|
Tidak
|
50
|
30
|
8
|
||
4.
|
Apakah dengan pembelajaran service berdasarkan model meaningful learningmendorong
kamu lebih kreatif?
|
Ya
|
90
|
95
|
100
|
Tidak
|
10
|
5
|
0
|
||
5.
|
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam
pembelajaranservice berdasarkan model meaningful learning?
|
Ya
|
30
|
15
|
0
|
Tidak
|
70
|
85
|
100
|
GRAFIK
1 Hasil Ulangan Sebelum danTiap
Akhir Siklus
H.
Simpulan
dan Saran
a.
Simpulan
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dalam
pembelajaran service berdasarkan
langkah-langkah strategis model meaningful
learning dan hasilnya untuk
kemudian dianalisis secara deskriptif, akhirnya diperoleh simpulan sebagai
berikut.
1.
Model pembelajaran meaningful learningmenjadikan
siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran service.
2.
Ketepatan
siswa dalam melakukan service
berhasil ditingkatkan setelah melalui proses belajar berdasarkan
langkah-langkah model pembelajaran meaningful
learning.
3.
Variasi service dapat dilakukan siswa
setelah melalui proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran meaningful learning..
b. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tindakan kelas ini, peneliti
mengajukan saran-saran sebagai berikut.
1.
Inovasi
pembelajaran yang berbasis siswa perlu dikembangkan guna meningkatkan kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan dan memungkinkan siswa menguasai kompetensi yang dipelajari,
termasuk dalam service pada olahraga
bolavoli.
2.
Untuk
mengembangkan sikap dan keterampilan dalam melakukan service
memerlukan banyak latihan secara bermakna.
3.
Guru
perlu melakukan pendekatan untuk memberikan motivasi sehingga terbentuk rasa
percaya diri pada siswa.
I. Daftar Pustaka
Kleinmann, Theo & Kruber,
Dieter. 1990. Bola Volley Pembinaan
Teknik, Taktik dan Kondisi Pengantar untuk Pelatih/Pendidik. Jakarta : PT.
Gramedia
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)).
Jakarta : Depdiknas
Nurhasan, 2001.Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan
Penerapannya. Jakarta : Depdiknas
Roji.2004. Pendidikan Jasmani untuk SMP Kelas VII.Jakarta : Erlangga
Suderajat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Pembaharuan Pendidikan dalam Undang-undang Sisdiknas 2003.
Bandung : CV Cipta Cekas Grafika.
Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam Pendidikan Jasmani
Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.Jakarta :
Depdiknas
Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program
Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud
Umaedi.1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah Pendekatan Baru
Dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu.Jakarta : Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar