Kamis, 17 Oktober 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN SMASH MELALUI PENGGUNAAN METODE SELF CHECK PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MEKARSARI KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS

PENGGUNAAN METODE RESIPROKAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SERVICE BAWAH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MEKARSARI, KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS.



A.    Judul
PENGGUNAAN METODE RESIPROKAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SERVICE BAWAH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MEKARSARI, KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS.
B.    Nama Penulis
Cicih, S.Pd. (Guru Penjasorkes SD Negeri 1 Mekarsari, Kec. Cimerak)
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Kemampuan Siswa, Service Bawah, dan Metode Resiprokal  
         Penelitian yang berfokus pada upaya guru meningkatkan kemampuan service bawah pada siswa melalui penggunaan metode resiprokal. Melalui upaya ini diharapkan proses dan hasil belajar siswa menjadi lebih bermakna daripada sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011. Waktu pelaksanaannya, lebih kurang satu bulan, yakni pada bulan April 2010. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan kelas, yang alurnya terdiri atas merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, mengobservasi pelaksanaan tindakan, dan merefleksi hasil tindakan. Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan. Adapun data penelitian berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil menulis. Instrumen pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik kualitatif pendekatan mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data. Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa. Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode resiprokal dapat meningkatkan kemampuan service bawah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011.
D.             Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis.
Pendidikan jasmani berfungsi sebagai media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang, Nurhasan (2005: 6). Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Berdasarkan penjelasan di atas maka pendidikan jasmani dapat didefenisikan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani, yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani adalah salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah dan pentingnya pendidikan jasmani karena memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan manusia seutuhnya, yang tidak hanya berdampak positif pada fisik melainkan juga dapat berdampak positif pada mental, intelektual, emosional maupun sosial seorang siswa.
Dalam mencapai tujuan pendidikan jasmani, banyak faktor pendukung yang diperlukan antara lain; faktor guru sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana, dan juga metode pembelajarannya. Metode yang dipilih dan diperkirakan harus cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori atau praktek keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Sikap dan perilaku sehat pada siswa dapat terbentuk dengan meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam segala bentuk aktivitas olahraga termasuk olahraga permainan seperti permainan bolavoli.
Permainanan bolavoli merupakan permainan yang gerakannya cukup kompleks, yaitu gabungan dari jalan, lari, lompat dan unsur kekuatan, kecepatan, kelenturan, dan unsur lainnya. Untuk melakukan gerakan-gerakan dalam permainan bolavoli secara baik diperlukan kemampuan fisik yang baik. Dengan kondisi fisik yang baik akan memudahkan melakukan gerakan-gerakan yang lebih kompleks dan memudahkan menguasai teknik-teknik dasar permainan bolavoli, seperti teknik service dan passing. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan sejak usia dini. Salah satunya, yaitu dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.
Permainan bolavoli merupakan permainan yang sudah populer di Indonesia, sudah dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat bahkan sudah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional sebagai materi pelajaran wajib untuk siswa, mulai kelas IV SD sampai tingkat SMU. Namun demikian tuntutan kemampuan yang diharapkan dari cabang olahraga bolavoli ini untuk tingkat SD sampai sekarang masih jauh dari yang diharapkan. Hasil pengamatan di beberapa SD bahwa salah satu masalah utama dalam pembelajaran olahraga permainan bolavoli ini umumnya dan khususnya pelaksanaan pembelajaran keterampilan teknik dasar servis, passing adalah belum efektifnya pelaksanaan proses pembelajarannya. Tentu dengan kondisi ini akan berimplikasi terhadap menurunnya kualitas hasil pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Ada beberapa faktor penyebab dari keterpurukan tersebut, yaitu terbatasnya sumber-sumber yang digunakan guru untuk mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani dan terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani.
Metode mengajar adalah suatu cara penyajian materi pembelajaran yang dilakukan secara sistematis untuk mendorong tercapainya tujuan pengajaran dalam suatu proses membuat orang belajar atau manipulasi lingkungan. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani ada beberapa macam metode mengajar yang seharusnya digunakan. Moston (1994:5) mengemukakan bahwa metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu metode mengajar langsung dan metode mengajar tak langsung. Metode mengajar langsung adalah peran guru lebih banyak (teacher centered) yang meliputi lima macam metode yaitu: metode komando, metode latihan, metode resiprokal, metode self check, dan metode inklusi. Metode mengajar tidak langsung meliputi: metode penemuan terpimpin, metode penemuan konvergen, metode eksplorasi, metode divergen production.
Metode mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pembelajaran pendidikan jasmani umumnya dan permainan bolavoli khususnya, cenderung tradisionil. Keterampilan menggunakan metode mengajar yang dilakukan oleh para guru pendidikan jasmani untuk menangani kegiatan praktek olahraga bolavoli masih jauh dari yang diharapkan. Model metode mengajar yang dipergunakan cenderung berpusat pada guru, di mana para siswa melakukan gerakan-gerakan atau latihan keterampilan berdasarkan intruksi guru. Latihan-latihan atau keterampilan berdasarkan inisiatif siswa hampir tidak pernah dilakukan. Pengalaman menunjukkan, menerapkan metode yang berpusat pada guru dalam mengajarkan teknik dasar bermain bolavoli, siswa terlihat kurang merangsang semangat belajarnya, cepat bosan atau jenuh, menurunnya minat siswa untuk mengikuti pendidikan jasmani umumnya, bermain bolavoli khususnya dan bahkan dengan metode tersebut kurang meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain bolavoli. Padahal dalam pembelajaran pendidikan jasmani hal yang esensial adalah mengutamakan unsur bermain, kegembiraan, pedagogis, membina kesehatan dan rasa percaya diri bagi siswa dalam bersosial supaya siswa-siswa tidak bosan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas, sangat diperlukan inovasi dan kreatifitas oleh guru terutama dalam menentukan metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Peran guru pendidikan jasmani dalam upaya membina siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai teknik-teknik dasar bermain bolavoli sangat tergantung pada kreatifitas guru dalam memilih dan menentukan metode.
Penentuan dan penerapan metode mengajar yang tepat dalam proses belajar mengajar sangat penting dengan situasi belajar. Dikatakan penting karena semakin tepat metode yang digunakan maka akan semakin efektif untuk mencapai tujuan belajar. Pertimbangan dalam menentukan dan menerapkan metode mengajar tentu harus memperhatikan dalam kondisi bagaimana dan dimana proses belajar mengajar dilaksanakan serta bagaimana karakteristik dari materi pelajaran.
Karakteristik permainan bolavoli terlihat dari unsur-unsur gerak yang terdapat di dalamnya. Unsur gerak permainan bolavoli sangat jelas kelihatan ketika seseorang melakukan teknik dasar dalam permainan bolavoli. Teknik-teknik dasar dalam permainan bolavoli sebagaimana disebutkan Beutelstahl (1986:9), ada 6 (enam) yaitu : (1) servis; (2) pass bawah; (3) pass atas; (4) smas; (5) blok; (6) pertahanan. Dan Druwachter (1990: 82) mengemukakan, “tahap awal permainan bolavoli sudah memadai apabila pemain telah menguasai teknik dasar yang terdiri dari service dan passing. Dari penjelasan di atas, tentang macam-macam teknik dalam permainan bolavoli, teknik servis dan passing merupakan keterampilan paling dasar dalam permainan bolavoli. Dikatakan keterampilan paling dasar karena servis adalah pukulan pertama dalam permainan bolavoli, tanpa servis permainan tidak akan dapat dimulai, servis juga bisa digunakan cara untuk menyerang dalam menambah angka. Dan passing adalah mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Dengan menguasai teknik passing dalam permainan bolavoli, seorang pemain akan dapat bertahan dari servis tajam dan kuat serta dapat memberikan umpan yang tepat keteman regu.
Servis dan passing merupakan teknik dasar dalam dalam permainan bolavoli, namun sulit dipelajari, lebih-lebih untuk siswa yang belum terampil. Karenanya perlu dirancang sebuah metode mengajar yang sesuai supaya siswa mudah mempelajarinya, mengelola siswa dan mengkemas metode mengajar dengan bahan ajar secara menarik yang bisa merangsang minat belajar siswa dan siswa tidak merasa jenuh. Agar metode mengajar yang akan diterapkan dapat dirancang dengan baik, terlebih dahulu perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan teknik dasar servis dan passing dengan baik dalam permainan bolavoli. Dimana, Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan teknik dasar servis dan passing dengan baik dalam permainan bolavoli, diperlukan unsur-unsur kondisi fisik seperti : kekuatan, kecepatan, kelenturan, keseimbangan, ketepatan, daya tahan, kelincahan, koordinasi dan daya ledak otot tungkai.
Melihat perkembangan olahraga bolavoli tersebut dan pentingnya peranan metode mengajar yang sesuai dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar dalam permainan bolavoli. Maka perlu untuk menentukan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam penguasaan keterampilan teknik dasar servis bawah dan passing dalam permainan bolavoli. Maka dalam penelitian tindakan kelas ini akan dicobakan metode mengajar yang diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan servis bawah, yaitu metode mengajar resiprokal.
b.      Rumusan Masalah
         Berdasarkan latar belakang masalah, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah meningkatkan kemampuan servis bawah melalui penggunaan metode resiprokal pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari?
2.      Apakah terdapat peningkatan kemampuan servis bawah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari setelah digunakan metode resiprokal?
c.       Cara Pemecahan Masalah
         Untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran servis bawah digunakan metode resiprokal. Penggunaan metode ini sebagai upaya mengatasi timbulnya persoalan yang tidak diinginkan, seperti telah disebutkan pada uraian latar belakang masalah. Metode mengajar resiprokal merupakan metode mengajar di mana terdapat perubahan dalam membuat keputusan dari guru ke siswa. Siswa bertanggung jawab untuk mengobservasi penampilan dari teman dan memberikan umpan balik setiap kali melakukan gerakan dengan menggunakan lembar tugas sebagai evaluasi, dengan tujuan untuk membantu siswa apakah gerakan yang dilakukan sudah sesuai dengan contoh yang ada pada lembar tugas tersebut.
d.      Tujuan Penelitian
          Bertolak dari pokok masalah yang telah dirumuskan, maka dilakukannya penelitian ini tidak lepas dari tujuan sebagai berikut.
  1. Untuk memperbaiki kinerja guru dalam mengelola KBM servis bawah.
  2. Untuk memperbaiki kinerja siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran servis bawah.
  3. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan KBM Penjas di sekolah, agar member dampak positif pada meningkatnya prestasi belajar siswa dalam berbagai bidang keolahragaan yang dipelajari di sekolah dasar khususnya.
e.       Hipotesis Tindakan
           Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus penelitian tindakan kelas tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai service bawah pada permainan olahraga bolavoli. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Kemampuan servis bawah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari meningkat setelah digunakan metode resiprokal”.
E.              Kajian Teori
a.      Hakikat Metode Resiprokal
Metode resiprokal (reciprocal style) adalah suatu metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan umpan balik kepada temannya sendiri.  Tanggung jawab untuk memberikan umpan balik bergeser dari guru kepada siswa.  Pergeseran ini memungkinkan para siswa meningkatkan interaksi sosial antara teman sebayanya. Sebagaimana disebutkan Mosston (1994:65) metode mengajar resiprokal diartikan sebagai metode mengajar yang menunjukkan hubungan sosial antar teman sebaya dan kondisi untuk memberi umpan balik yang cepat.
Menurut Mosston (1994:65), metode resiprokal mempunyai ciri-ciri pokok pembelajaran, antara lain :
1.      Mempunyai kesempatan untuk melakukan pengulangan praktek  dengan observer secara individu.
2.      Mempraktekkan tugas berdasarkan kondisi-kondisi yang diberikan secara umpan balik segera dari teman sebaya.
3.      Mampu mendiskusikan dengan teman sebaya mengenai aspek spesifik dari tugas tersebut.
4.      Melihat dan memahami bagian-bagian dan urutan didalam melakukan tugas.
5.      Mempraktekkan tugas tanpa guru meminta umpan balik atau penjelasan ketika ada kesalahan yang dikoreksi.

Kondisi pembelajaran tersebut dihubungkan dengan kegiatan pembelajaran dan peran siswa dalam melaksanakan tugas. Kelas diatur berpasangan dengan peranan- peranan khusus untuk tiap partner. Tujuan dari metode resiprokal adalah siswa bekerja dengan pasangan dan memberikan umpan balik kepada pasangan, yang berdasarkan kriteria yang telah dipersiapkan oleh guru. Hakikat dari metode resiprokal yaitu siswa bekerja dengan pasangan, menerima umpan balik dengan segera, mengikuti kriteria yang telah dirancang guru, dan mengembangkan umpan balik dan keterampilan sosialisasinya.
Mekanisme pelaksanaan metode resiprokal menurut Mosston (1994:  65) adalah:
1.      Memberi kesempatan pada proses sosialisasi tertentu untuk saling memberi dan menerima umpan balik dengan teman sebaya.
2.      Mengamati kemampuan teman pasangannya, membandingkan menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil dengan teman pasangannya.
3.      Mempelajari   bagaimana   cara   memberi   koreksi   umpan   balik   yang   tidak mengganggu kelangsungan persahabatan.
4.      Mengembangkan kesabaran, toleransi dan menghargai syarat untuk suksesnya pelaksanaan proses pembelajaran.
5.      Memberikan penghargaan pada yang sukses.
6.      Mengembangkan ikatan sosial melalui pelaksanaan tugas
Sasaran  metode  resiprokal  berhubungan  dengan  tugas  dan  peranan  siswa. Tugas guru meliputi:
1.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan berulang- ulang dengan didampingi oleh seorang pengamat (teman/pasangannya).
2.      Siswa menerima umpan balik.
3.      Dan sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan mengenai penampilan tugas dari pasangannya.
           Peranan siswa dalam konteks tersebut, sebagai berikut:
1.      Memberi dan menerima umpan balik.
2.      Mengamati penampilan teman, membandingkan dan  mempertentangkan dengan kriteria yang ada, dan menyampaikan hasilnya kepada pelaku.
3.      Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap teman.
Anatomi metode resiprokal: sebelum pertemuan (pre impact) keputusan ada pada guru, selama pertemuan (impact) keputusan ada pada pelaku, sesudah pertemuan (post impact) keputusan ada pada pengamat. Pada saat sebelum pertemuan, guru sudah membuat kriteria yang akan dilaksanakan oleh pelaku. Sebelum pelajaran dimulai pusatkan perhatian siswa dalam pembagian kelompok yaitu menjadi dua kelompok kecil, dimana satu siswa menjadi pelaku dan satu siswa menjadi pengamat. Guru hanya berperan khusus dalam berkomunikasi  dengan  pengamat  walaupun  pada  pelaksanaan  kegiatan  guru mengamati pelaku maupun pengamat, sehingga hal ini akan memungkinkan timbulnya rasa saling percaya antara pelaku  dengan  pengamat  serta akan  menimbulkan  pola kerjasama yang bagus dan kebersamaan. pertemuan, keputusan ada pada pelaku, peran pelaku adalah melaksanakan perintah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh guru dan hanya berkomunikasi dengan pengamat. Pelaku memperoleh umpan balik penampilan dari   pengamat   secara   langsung, sehingga   pelaku   dapat   langsung   mengetahui kekurangan ataupun kelemahan selama melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaku harus berusaha menerima umpan balik dari pengamat, pada saat ini, peran guru hanya mengamati pelaku dan pengamat.
Sesudah pertemuan, keputusan ada pada pengamat. Pada saat ini pengamat memberikan umpan balik secara langsung terhadap pelaku sesuai dengan kriteria yang telah dibuat oleh guru. Sebelum pelajaran berlangsung pengamat harus sudah memahami kriteria yang ada, kemudian mengamati pelaku pada saat kegiatan berlangsung, pengamat membandingkan dan mempertentangkan penampilan pelaku dengan kriteria yang diberikan. Dalam hal ini, siswa sebagai pengamat juga harus belajar bersikap positif dalam memberikan umpan balik kepada pelaku. Kegiatan berikutnya  adalah  pengamat  menyimpulkan  apakah  penampilan  pelaku  benar  atau salah, dan menyampaikan hal-hal mengenai penampilan kepada pelaku.
Menurut Mosston (1994:66) dalam hubungan tiga serangkai ini, masing-masing anggota membuat keputusan tertentu sesuai dengan peran mereka”. Secara psikologis metode ini berpengaruh kepada siswa yaitu dapat menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap teman serta dapat meningkatkan rasa percaya terhadap kawan, dan merasa bertanggungjawab sesama siswa.
Untuk  lebih  jelasnya  dibawah  ini  akan  diuraikan  lagi  implementasi  proses bagaimana membuat keputusan dalam pre impact, impact, dan post impact.
Pre impact, dalam hal ini guru menyiapkan dan mendisain kartu kriteria untuk digunakan oleh pengamat.
Impact,  tugas  utama  guru  disini  adalah  menetapkan  peran  yang  baru  dan hubungan baru. Berikut adalah urutan di dalam episode ini:
1. Memberitahu siswa bahwa tujuan metode ini yaitu dengan dilakukan secara berpasangan dan belajar memberikan umpan balik pada pasangannya.
2. Mengidentifikasi segitiga dan menjelaskan bahwa setiap orang mempunyai peranan tertentu, masing-masing siswa menjadi keduanya, pelaku dan pengamat.
3. Menjelaskan bahwa peran pelaku adalah melaksanakan tugas sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh guru dan pelaku berkomunikasi hanya dengan pengamat.
4.  Peran pengamat memberikan umpan balik kepada pelaku berdasarkan kriteria yang telah disiapkan oleh guru. Umpan balik ini berdasarkan pada kemampuan dan setelah selesai tugas, kemudian pelaku membuat keputusan dalam set impact, pengamat membuat keputusan dalam post impact.
Post impact, karena pengamat harus memenuhi peran dalam post impact, ia harus melengkapi langkah-langkah sebagai berikut :
1.   Menerima kriteria untuk penampilan yang benar dari guru.

2.   Mengamati penampilan pelaku.

3.   Membandingkan dan membedakan penampilan dengan kriteria.

4.   Menyimpulkan jika penampilan benar.

5.  Mengkomunikasikan  hasil  dengan  pelaku,  umpan  balik  ini  dapat  diberikan selama penampilan atau setelah penyelesaian tugas tergantung macam tugas yang ada.
6. Berinisiatif, jika   mungkin   berkomunikasi   dengan   guru,   pengamat mengkomunikasikan hasil kepada pelaku dan memberikan umpan balik yang sesuai.
7. Peran guru antara lain ; menjawab pertanyaan pengamat, berinisiatif untuk mengkomunikasikan hanya dengan pengamat.
8. Pelajar menyadari struktur metode baru, peranan tertentu, dan garis komunikasi, saat ini guru boleh memberikan tugas.
9. Menjelaskan pada siswa tujuan kriteria lembar kerja dan menguraikan items yang spesifik untuk episode ini.
10. Menspesifikasikan logistik dan parameter untuk episode itu (contoh ; dimana untuk mengambil lembar kriteria, parameter waktu, dll.).
11. Katakan ke kelas anda ; pilih pasangan anda, putuskan siapa yang menjadi pengamat dan pelaku dulu, kemudian mulai”.
12. Proses menggunakan pasangan menggunakan waktu satu menit, pasangan akan berpencar dan aktivitasakan mulai.
13. Pelaku   melaksanakan   tugas   dan   observer   akan   mengambil   bagian yang diperlukan untuk memberi umpan balik, kemudian keputusan dan post impact.
14. Ketika pelaku melengkapi tugas-tugas, pelaku dan pengamat bertukar peran. Setiap  dalam  menerapkan  metode mengajar  memiliki  implikasi  yang  dapat mempengaruhi   guru   dan   siswa   dalam   proses   belajar   mengajar.  
Sebagaimana diungkapkan Mosston (1994: 69) bahwa hubungan yang baru menghasilkan satuan yang baru dan berimplikasi. Dalam hal ini, metode mengajar resiprokal mempunyai implikasi dalam mempengaruhi guru dan pelajar, yaitu :
1.      Guru menerima proses sosialisasi antar pelaku dan pengamat sebagai tujuan yang diinginkan dalam pendidikan.
2.      Guru mengakui pentingnya mengajar pelajar untuk memberi kepastian dan tujuan umpan balik yang objektif dan akurat satu sama lain.
3. Guru mampu merubah tenaga dengan memberikan umpan balik pada siswa untuk jangka waktu episode ini.
4.  Guru belajar perilaku baru yang mana syarat langsung dari komunikasi langsung dengan membentuk tugas (pelaku).
5. Guru mengharap mengembangkan waktu untuk pelajar dalam pembuatan peran yang baru dalam pembuatan keputusan tambahan.
6. Guru percaya bahwa siswa membuat perubahan keputusan tambahan yang digeser kepada mereka.
7.  Guru   menerima   kenyataan   baru   dimana   ia   bukanlah   satu-satunya sumber informasi, penilaian dan umpan balik.
8.  Pelajar dapat terlibat dalam bentuk umpan balik dan membuat keputusan tambahan.
9.  Pelajar dapat memperluas mereka secara aktif dalam proses pembelajaran.
10.Pelajar dapat melihat dan menerima guru dalam peran yang lain dalam metode ini.
11.Pelajar dapat menggunakan waktu belajar (dengan menggunakan lembar kriteria), tanpa pertemuan yang tetap dengan guru.
Lembar  kriteria   adalah   faktor   yang  dapat   menentukan   kesuksesan   dan kegagalan dalam menerapkan metode mengajar ini, lembar kriteria adalah parameter menentukan perilaku pengamat, dengan lembar kriteria akan menjaga pelaku dengan teliti memberi informasi tentang penampilan dan juga lembar kriteria menyediakan dasar konkrit untuk saling berinteraksi dengan pengamat. Menurut Mosston (1994: 70), lembar kriteria terbagi dalam lima bagian :
1.      Gambaran khusus tugas, termasuk menjelaskan tugas ke dalam bagian tertentu.
2.      Point khusus untuk mencari selama penampilan yang potensial membuat kesalahan di dalam penampilan, yang mana guru mengatur dari pengalaman sebelumnya.
3.      Gambarlah atau membuat sketsa untuk menggambarkan tugas.
4.      Contoh perilaku verbal digunakan sebagai umpan balik, ini bermanfaat pada awal pengalaman.
5.      Mengembalikan pada tugas pengamat bermanfaat pada episode awal, suatu ketika pelajar mendemonstrasikan perilaku yang menjadi kebiasaan, tidak lebih jauh ketepatannya termasuk menerima dalam lembar kriteria.

Awal permulaan dari metode ini, dalam memberikan umpan balik kebanyakan pelajar tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan perilaku lisan  yang sesuai selagi umpan balik diberikan. Pemberian umpan balik yang objektif dan penggunaan kriteria untuk melakukan adalah sesuatu hal yang baru. Perilaku baru ini menciptakan hubungan sosial-emosional baru antara dua pasangan (pelaku dan pengamat). Hal yang sama,  guru  juga  akan  merasakan  hal  yang  baru  dari  awal  permulaan  metode  ini. Metode resiprokal terasa asing sepanjang periode awal, tapi suatu ketika aset metode
Lembar  kriteria   adalah   faktor   yang  dapat   menentukan   kesuksesan   dan kegagalan dalam menerapkan metode mengajar ini, lembar kriteria adalah parameter menentukan perilaku pengamat, dengan lembar kriteria akan menjaga pelaku dengan teliti memberi informasi tentang penampilan dan juga lembar kriteria menyediakan dasar konkrit untuk saling berinteraksi dengan pengamat. Menurut Mosston (1994: 70), lembar kriteria terbagi dalam lima bagian :
1.      Gambaran khusus tugas, termasuk menjelaskan tugas ke dalam bagian tertentu.
2.      Point khusus untuk mencari selama penampilan yang potensial membuat kesalahan di dalam penampilan, yang mana guru mengatur dari pengalaman sebelumnya.
3.      Gambarlah atau membuat sketsa untuk menggambarkan tugas.
4.      Contoh perilaku verbal digunakan sebagai umpan balik, ini bermanfaat pada awal pengalaman.
5.      Mengembalikan pada tugas pengamat bermanfaat pada episode awal, suatu ketika pelajar mendemonstrasikan perilaku yang menjadi kebiasaan, tidak lebih jauh ketepatannya termasuk menerima dalam lembar kriteria.
         Awal permulaan dari metode ini, dalam memberikan umpan balik kebanyakan pelajar tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan perilaku lisan  yang sesuai selagi umpan balik diberikan. Pemberian umpan balik yang objektif dan penggunaan kriteria untuk melakukan adalah sesuatu hal yang baru. Perilaku baru ini menciptakan hubungan sosial-emosional baru antara dua pasangan (pelaku dan pengamat). Hal yang sama,  guru  juga  akan  merasakan  hal  yang  baru  dari  awal  permulaan  metode  ini.
           Metode resiprokal terasa asing sepanjang periode awal, tapi suatu ketika aset metode ini akan terelialisasi. Selama penutup, guru memberikan umpan balik kepada seluruh siswa dengan menunjukkan penampilan mereka sebagai pengamat.
          Menurut Mosston (1994: 74), beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengorganisir kelas berpasangan :
1.   Berjalan di kelas dan dihitung dua-dua

2.   Berurutan menurut abjad

3.   Guru menyeleksi pasangan

4.   Para siswa memilih pasangan satu sama lain (seleksi sendiri)

5.   Pasangan dengan tinggi badan

6.   Pasangan dengan berat badan

7.   Pasangan dengan orang yang menghampirinya

8.   Berdasarkan tingkat keterampilan

          Masing-masing dari cara di atas dapat digunakan untuk tujuan tertentu, tetapi untuk mengakomodasi tujuan metode resiprokal (mengembangkan pelaku dengan pengamat) teknik yang paling sesuai adalah memilih sendiri. Pada umumnya orang- orang menikmati bekerjasama dengan seseorang yang mereka anggap dekat, mereka ketahui dan disukai. Hal ini jadi lebih nyaman untuk memberi dan menerima umpan balik dengan seseorang yang kita sukai dan percayai.
            Menurut Mosston (1994: 76), beberapa salah paham tentang metode resiprokal yang perlu dipahami antara lain :
1.      Yang cerdas bekerjasama dengan yang bodoh, pada metode ini tidak dirancang untuk membedakan kepintaran. Sebaliknya kontribusi yang utama dari metode ini adalah menciptakan suatu kondisi dimana kedua pasangan adalah sama pada peran mereka. Kedua pasangan mempunyai kesempatan untuk menggunakan kapasitas mereka di dalam konteks sosial dari metode ini dan untuk melakukan penyesuaian emosi mereka ke dalam proses interaksi.
2.      Pada metode ini, ada anggapan guru tidak bekerja. Sebaliknya, guru sangat banyak bekerja untuk mengajar belajar perilaku yang baru menjadi pengamat dan penerima umpan balik dari teman sebaya. Guru sacara konstan disibukkan dengan memberi umpan balik, tetapi sekitar perbedaan aspek dalam proses pendidikan. Guru masih bertanggungjawab untuk peristiwa dan proses di dalam pelajaran.
3.      Metode ini bukanlah untuk pelajar yang mempunyai berbagai kesulitan di dalam membandingkan  dan  membedakan  penampilan  dengan  ukuran.  Sebaliknya, metode ini memerlukan praktek dan kesempatan lebih baik dengan mitra sama di dalam peran. Kerjasama alami mengundang kebanyakan pelajar cepat atau lambat untuk berpartisipasi.
4.      Metode ini bukanlah suatu metode yang mengevaluasi. Perannya terbatas pada menawarkan umpan balik dengan kriteria untuk meningkatkan penampilan tugas.
b.      Servis dalam Permainan Olahraga Bolavoli
          Teknik Service Merupakan awal terjadinya suatu permainan, dan satu-satunya teknik yang dipakai untuk memulai pertandingan (Barbara dan Bonnie, 1996:27). Pada dasarnya permainan bolavoli terdapat dua jenis service, sesuai dengan perkenaan bola pada saat dipukul setelah dilambungkan, seperti dijelaskan berikut.


1.      Service Tangan Bawah (Underhand)
Servis tangan bawah adalah suatu usaha memasukkan bola ke daerah lawan oleh pemain yang berada di daerah servis untuk memukul bola dengan satu tangan di bawah pinggang atau kira-kira setinggi pinggang. Servis ini sering digunakan oleh pemain pemula dan pemain wanita. Karena menurut Robison (1997:36),  "untuk  pemain  baru,  servis  tangan  bawah  merupakan  cara  yang paling mudah".
Pada  dasarnya  pelaksanaan  servis  bawah  sama  dengan  pelaksanaan servis atas. Perbedaannya adalah hanya pada saat perkenaan bola dengan tangan. Dimana servis bawah perkenaannya di bawah bahu, sedangkan servis atas perkenaannya  di  atas  kepala.  Menurut  Dieter  Beutelstahl  (2003:9)  bahwa, "Setiap jenis servis itu dibagi dalam tiga tahap : (1) Tahap pertama : Melempar bola ke atas (throw-up). (2) Tahap kedua : memukul bola (hitting the ball). (3) Tahap ketiga gerakan akhir follow-throught". Adapun menurut M. Yunus (1992:111) teknik dasar servis terdiri dari tiga tahap yaitu "(a) sikap permulaan, (b) gerak pelaksanaan dan (c) gerak lanjutan (follow throught)".
Setiap pemain harus melakukan tiga tahapan servis tersebut dengan baik. Untuk mendapatkan hasil  servis  yang  baik,  pemain  harus  dapat  melakukan  gerakan  servis  atas dengan koordinasi gerak yang baik. Dieter Beutelstahl (2003:10), menguraikan tahap-tahap pelaksanaan servis bawah dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 2. Tahap-Tahap Pelaksanaan Servis Bawah
Tahap
Pelaksanaannya
pertama
Fase throw-up (melempar bola). Berat badan ditempatkan pada

kaki sebelah belakang. Lengan digerakkan ke belakang dan ke atas (lengan pemain).
kedua
Fase hitting the ball.  Lengan bermain (lengan yang digunakan

untuk memukul bola. Dengan istilah asing disebut striking arm. Lengan  kanan  untuk  pemain  kanan  dan  lengan  kiri  untuk pemain kidal) diayunkan ke bawah, dari belakang ke depan dan memukul bola yang telah dilemparkan rendah-rendah. Sementara itu berat badan dipindahkan ke kaki sebelah depan. Bola  dipukul  telapak  tangan  terbuka,  pergelangan  tangan sekaku mungkin.
ketiga
Fase follow throught. Lengan  bermain  terus  mengikuti  arah

bola. Pemain cepat-cepat pindah ke posisi yang baru di lapangan.  posisi  bola  yang  akan  dipukul  adalah  kira-kira setinggi pinggang,
Gambar 1. Pelaksanaan Servis Tangan Bawah
(Viera & Fergusson, 1996:30)








            
Gerakan servis harus ritmis, mulai dari persiapan, pukulan dan gerakan lanjutan  yang dilakukan  harus  dilakukan  dengan  tidak  terpotong-potong dan kaku. Durwachter (1990:45) mengemukakan bahwa, "pemain harus memiliki koordinasi gerak yang tepat antara mengayun dan melambungkan bola, serta memukul dan gerakan maju ke depan". Kesalahan dalam mencermati lambungan bola  dan  ayunan  tangan  kemudian  memukul  bola  akan  berakibat  kegagalan dalam melakukan  gerakan servis tangan bawah. Agar servis yang dilakukan dapat mencapai hasil secara optimal, gerakan servis  harus dilakukan dengan benar. Agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan servis maka hal-hal kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi dalam melakukan servis harus diperhatikan. Menurut Beutelstahl, D. (2003:11), kesalahan umum yang sering terjadi pada servis adalah :
1)      Pergerakan yang tidak ritmis, ini terjadi kalau si pemain ragu-ragu.
2)      Stance yang salah, dengan istilah stance dimaksudkan : sikap pemain pada waktu hendak memukul bola, baik sikap tubuh, kaki ataupun lengan.
3)      Lengan kurang terayun, sehingga daya kekuatannyapun berkurang.
4)      Lemparan bola kurang baik, sehingga bola kurang terkontrol.
5)      Kurang memperhatikan bola.
Pemain harus melakukan pukulan servis dengan baik, dan sedapat mungkin  berusaha  agar  tidak  melakukan  kesalahan-kesalahan.  Apabila kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi tersebut dapat dihindari maka servis yang dilakukan tersebut akan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Pemain dan pelatih harus selalu mengadakan evaluasi mengenai teknik yang digunakan, agar kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat di atasi.
Servis yang baik akan dapat mempengaruhi jalannya pertandingan. Di samping itu servis yang baik dalam arti keras dan akurat, akan dapat mematikan serangan lawan.  Hal ini sesuai dengan pendapat Dieter Beutelstahl (2003:65) bahwa servis dapat bertujuan untuk: "(1) Langsung meraih angka kemenangan, dan (2) Menghalang-halangi formasi penyerangan pihak lawan".
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan servis yang baik dapat memberikan manfaat yang besar bagi suatu regu. Manfaat servis dalam   permainan   bolavoli,   di   samping   sebagai   tanda   dimulainya   suatu pertandingan, servis sangat bermanfaat sebagai serangan untuk meraih angka. Pemain bolavoli harus memiliki kemampuan servis yang baik. Sedapat mungkin dalam melakukan servis memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Dalam hal ini  Viera,  B.L.  &  Fergusson,  B.J.  (1996:27) mengemukakan  bahwa,  "dalam suatu pertandingan, sangat penting bagi anda untuk melakukan servis dengan konsisten, yaitu paling tidak 90% dari servis anda dapat melewati net ke daerah lawan".  Keberhasilan  servis  dapat  memberikan  keuntungan  bagi  regu, sebaliknya kegagalan servis sangat merugikan regunya. Apalagi sesuai dengan peraturan sekarang ini, yaitu nilai bolavoli berlangsung secara rally, sehingga kegagalan servis dapat langsung memberikan nilai kepada regu lawan.
2.      Service Atas (Overhand)
Service atas memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Tujuan utama melakukan service dari atas adalah mempercepat laju bola menukik dari atas ke bawah. Menurut Viera & Fergusson (1996:27), service atas paling efektif, karena sulit menangkisnya. Jalannya bola berbeda-beda tergantung bagian mana dari bola yang kena pukul. Posisi bola setelah dilambungkan setinggi 50 cm di atas kepala dan bola dipukul setelah mencapai jangkauan.
Dari kedua service ini, masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Namun service atas lebih memiliki keunggulan untuk mencetak poin, karena bola  bergerak  di  udara  cepat,  sulit  diterima  lawan,  dan  lintasannya  lurus (Barbara dan Bonnie, 1996:27). Service bawah merupakan bentuk service yang paling mudah untuk dilakukan. Tujuan service ini adalah untuk melambungkan bola  menuju  lapangan  lawan  melintasi  jaring.  Dengan  service  ini,  kriteria mempercepat jalannya bola tidak akan mungkin, demikian pula menukikkan bola dari atas ke bawah. Namun dalam hal pembelajaran untuk tingkat pemula, teknik service bawah ini merupakan salah satu langkah awal dan menjadi salah satu pilihan.
F.     Metodologi Penelitian
a.      Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.    Tempat Penelitian
         Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis untuk mata pelajaran Penjas. Sebagai subjeknya, yaitu kelas V pada tahun pelajaran 2010/2011, yang terdiri atas 40 orang (19 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan).
         Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan.
2.    Waktu Penelitian
         Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2010/2011, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2010. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah. Hal ini karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.
3.    Siklus PTK
         PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan servis bawah setelah digunakan metode resiprokal.
b.      Persiapan PTK
         Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan untuk memberi perlakuan PTK, yaitu rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan PTK.     
         Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Pengamatan; dan (2) Lembar Evaluasi.
c.       Subjek Penelitian
          Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 35 orang siswa.
d.      Sumber Data
         Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator.



e.       Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.    Teknik Pengumpulan Data
        Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1)      Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2)      Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas/partisipasi siswa dalam pembelajaran service bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal.
3)      Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran service bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal.
4)      Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
2.    Alat Pengumpulan Data
        Alat pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar diskusi.
f.       Indikator Kinerja
         Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa juga guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa.
g.         Analisis Data
         Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.    Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan service bawah dianalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.    Untuk mengetahui kebermaknaan proses belajar siswa  dilakukan dengan cara menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.    Implementasi pembelajaran service bawah yang disajikan dengan menggunakan metode resiprokal dianalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.



G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran service bawah, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran, dan mengembangkan skenario pembelajaran service bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar melakukan service bawah yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk berlatih service bawah sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam belajar, kemampuan siswa dalam mengikuti proses latihan mendapatkan nilai kriteria cukup dengan rentangan nilai 60-70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengikuti proses latihan, keintensifan, kerjasama, keefektivan mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60 yang mencapai  33,3% dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 50%, kelancaran pada saat berlatih hanya 50%, dan sedikit sekali yang dapat mengeefektifkan waktu  hanya 33,3%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90% siswa merasa senang, 40% merasa kesulitan belajar, 50% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 90% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus I, mendapat nilai rata-rata kelas 72,00 dan masih terdapat 30,23% siswa yang nilainya di bawah standar KKM mata pelajaran Penjas yang telah ditentukan sekolah.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus I, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun teknik latihan, kelancaran mengikuti proses latihan dan keefektifan waktu mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal metode resiprokal. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus I perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi. Berdasarkan siklus I didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 72,00 yang berarti ada kenaikan 10,18% dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II.
b.      Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran service bawah yang disajikan dengan menggunakan metode resiprokal berdasarkan hasil refleksi awal, menyusun instrumen untuk pengamatan aktivitas guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar, menyusun angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, menyiapkan sumber belajar berupa buku-buku penunjang, dan mengembangkan skenario pembelajaran service bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pralatihan service bawah yang akan dipelajari,  menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa bersiap sedia menuju lapangan.
Memasuki kegiatan inti, guru menyajikan materi pelajaran dengan teliti disertai pemberian contoh yang lebih konkret dan mudah diikuti siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan service bawah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa melakukan latihan service bawah atas dasar petunjuk guru. Guru membimbingnya dengan sabar dan teratur hingga seluruh siswa mendapatkan giliran untuk melakukan tindak perbuatan yang diinginkan. Hingga kegiatan inti berakhir, guru dan siswa tetap bersinergis melaksanakan KBM.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam berlatih, kemampuan siswa dalam melakukan service bawah, kelancaran dalam berlatih mendapat nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai 80%.  Keefektifan dalam berlatih, ketelitian dalam melakukan proses latihan, mendapat nilai baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai  60%  dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 67%, kelancaran dalam mengikuti simulasi latihan hanya 100%, dan siswa  yang dapat mengikuti pelatihan hingga akhir  hanya 70%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 98% siswa merasa senang, 15% merasa kesulitan belajar, 70% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 95% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus II, mendapat nilai rata-rata kelas 79,07.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus II, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun teknik latihan, kelancaran mengikuti proses latihan dan keefektifan waktu mendapat nilai kurang dengan rentang nilai 71-85, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal metode resiprokal. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 30% yang masih kesulitan memahami materi dan 30% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi. Berdasarkan siklus II didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 79,07 yang berarti ada kenaikan 9,82% dari siklus I. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus III.
c.       Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III
Pada siklus III pun, tim peneliti menempuh setiap tahapan seperti pada siklus-siklus sebelumnya. Hal-hal yang dilakukan tim peneliti, meliputi menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran service bawah yang disajikan dengan menggunakan metode resiprokal berdasarkan hasil refleksi siklus II, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar, menyusun angket untuk disebar kepada siswa setelah kegiatan belajar mengajar.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pralatihan service bawah yang akan dipelajari,  menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa bersiap sedia menuju lapangan.
Memasuki kegiatan inti, guru menyajikan materi pelajaran dengan teliti disertai pemberian contoh yang lebih konkret dan mudah diikuti siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan service bawah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa melakukan latihan service bawah atas dasar petunjuk guru. Guru membimbingnya dengan sabar dan teratur hingga seluruh siswa mendapatkan giliran untuk melakukan tindak perbuatan yang diinginkan. Hingga kegiatan inti berakhir, guru dan siswa tetap bersinergis melaksanakan KBM.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik sekali dengan rentang nilai >85 yang mencapai  90%. Dengan ini, 100% siswa sudah dapat menyelesaikan tugasnya, kelancaran pada saat presentasi hanya 90%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 100% siswa merasa senang, 13% merasa kesulitan belajar, 92% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 100% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus III, mendapat nilai rata-rata kelas 84,65.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus III, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian mempelajari materi ajar mendapatkan nilai baik sekali, ini menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan yang signifikan melalui pembelajaran meaningful learning, 13% siswa yang masih kesulitan memahami materi dan 8% sudah menguasai materi. Dengan demikian, pada siklus III kegiatan dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya,. Berdasarkan siklus III didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 84,65 yang berarti ada kenaikan 7,06% dari siklus II.
Untuk mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke siklusnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1                                                                                                          Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Saat KBM
No
Kegiatan/Aspek yang diamati
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Antusias siswa dalam mengikuti KBM service bawah
Cukup
Baik Sekali
Baik Sekali
2.
Kelancaran mengikuti latihan service bawah
Kurang
Baik
Baik Sekali
3.
Keaktifan siswa dalam meresfon tuntutan
Cukup
Baik
Baik Sekali
4.
Kemampuan siswa dalam melakukan service bawah dalam berbagai teknik.
Cukup
Baik Sekali
Baik Sekali
5.
Ketelitian dalam melakukan service bawah
Kurang
Baik
Baik
6.
Kemampuan menghindari kesalahan dalam service bawah
Kurang
Baik
Baik
7.
Ketepatan dalam melakukan service bawah
Kurang
Baik
Baik Sekali
8.
Kelancaran siswa dalam melakukan service bawah
Cukup
Baik
Baik
     Keterangan:   Baik sekali      : 86 – 100                                                                       
                            Baik                 : 71 – 85
                            Cukup              : 60 – 70
                            Kurang             : >60 
        Hasil angket siswa yang diambil pada setiap siklus PTK, disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2   Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Setelah KBM
No 
Pertanyaan
Jawaban
Siklus I            (%)
Siklus II            (%)
Siklus III            (%)
1.
Apakah pembelajaran service  bawah berdasarkan langkah-langkah metode resiprokal menyenangkan?
Ya
90
93
100
Tidak
10
7
0
2.
Apakah dengan pembelajaran service bawah berdasarkan metode resiprokal membuat kamu mudah memahami materi pelajaran?
Ya
60
70
87
Tidak
40
30
13
3.
Apakah dengan pembelajaran service  bawah berdasarkan metode resiprokal membuat kamu berani mengemukakan pendapat?
Ya
50
70
92
Tidak
50
30
8
4.
Apakah dengan pembelajaran service bawah berdasarkan metode resiprokal mendorong kamu lebih kreatif?
Ya
90
95
100
Tidak
10
5
0
5.
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran service bawah berdasarkan metode resiprokal?
Ya
30
15
0
Tidak
70
85
100


GRAFIK 1                                                                                                    Hasil Ulangan Sebelum danTiap Akhir Siklus

H.    Kesimpulan dan Saran
a.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran service bawah yang disajikan dengan menggunakan  metode resiprokal diperoleh suatu  kesimpulan  guna menjawab setiap pokok masalah yang diteliti, yakni sebagai berikut.
1.      Langkah-langkah penggunaan metode resiprokal untuk meningkatkan kemampuan service bawah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, dikemas dalam empat tahapan, yakni: (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana, (3) mengevaluasi kemampuan siswa sebagai hasil belajar, dan menindaklanjuti hasil evaluasi untuk memperoleh peningkatan yang lebih baik terkait dengan kemampuannya dalam melakukan service bawah.
2.      Kemampuan service bawah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari meningkat setelah digunakan metode resiprokal. Peningkatan tersebut terjadi secara bertahap setelah dilakukan perbaikan pengelolaan KBM berdasarkan hasil refleksi.
b.      Saran
       Bertolak dari kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1.      Efektivitas penggunaan metode resiprokal telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan service bawah pada siswa yang menjadi subjek penelitian ini. Atas dasar itu, dianjurkan untuk mencoba melakukan hal yang sama, agar dapat memperbaiki proses pengelolaan KBM service bawah yang berdampak pada peningkatan kemampuan siswa binaan. 
2.      Untuk memperoleh suatu peningkatan yang lebih baik, hendaklah dilakukan inovasi terhadap langkah-langkah penerapan metode resiprokal dalam pengelolaan pembelajaran service bawah.









I.      

 
Daftar Pustaka
Achmad    Muthaliin.     2001.     Bias    Gender    dalam     Pendidikan.    Surakarta     : Muhammadiyah University Press.
Barbara L. Viera, MS. and Bonnie Jil Fergusen, MS., 1996. Bolavoli Tingkat Pemula, Monti. Jakarta: RajaGrafindo.
Baumgartner, Ted A. and Andrew S. Jackson. 1991. Measurement for Evaluation. Fourth Edition. Amerika Serikat Wm.C. Brown Publishers.
Beutelstahl, D. 2003. Belajar Bermain Bolavoli. Alih Bahasa Oleh Tim Redaksi Pionir Jaya. Bandung: Pionir Jaya.
Beutelstahl, D.1986. Belajar Bermain Bolavoli. Bandung: Pionir Jaya.
Brooks  George  A.  and  Fahey  Thomas  P.  1984.  Exercise  Physiologis  Human Bioenergetics and its Aplications. New York: John Willey and Sons.
Bucher, Charles A.  1972. Foundation of Physical Education. Sixth Edition. Saint Louis : CV. Mosby Company
David  L.  Gallahue,  John  C.  Ozmun.  1997.  Understanding  Motor  Development  : Infants,  Children,  Adolescents,  Adults.  Fourth  Edition.  United  States  of America: Mc. Graw Hill Companis.
Davis Damien. 1988. Physical Education; Theory and Practice. Australia PTY LTD: Memillan Company.
Dieter  Beutelstahl.  1986.  Belajar  Bermain  Bolavoli  (terjemahan  Pioner  Jaya). Bandung Pioner Jaya.
Drowatzky.JN. 1981. Motor Learning: Principles and Practice. Mineapolis: Burgers Publishing Co.
Durrwachter, G. 1990. Belajar dan Berlatih Sambil Bermain. Jakarta: PT. Gramedia.
----------,1990. Bola Volley, Belajar dan Berlatih Sambil Bermain. Alih Bahasa Oleh Tim Redaksi PT. Gramedia. Jakarta: PT. Gramedia.
Glass, Gene V. and Kenneth D. Hopkins. 1984. Statistical Methods in Education and Physichology. Second Edition. New Jersey : Printies Hall Inc.
Harsuki, 2003. Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian para pakar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
James C, Radiliffe. 1985. Plyometrics Explosive Power Training. Second Edition. Johnson, Barry L. and Jack K, Nelson. 1979. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Minnesota: Burgers Publishing.
Kirkendall. R.A. 1980. Measurement and Evaluations for Physical Education. IOWA: Wm. C. Brown Company Publishers.
Lutan, R. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Rineka Cifta.
Magill, Richard.A.1980. Motor Learning Concept and Application. Dubuque. Iowa: Wm.C. Brown Company Publishers.
Monks F.J. 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Mosston, Musca, Asworth, Sara. 1994. Teaching Physical Education. Fourth edition. New York: Macmillan Publishing Company.
M. Yunus. 1992. Olahraga Pilihan Bolavoli. Jakarta: Depdikbud
Nana Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Nasution S. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhasan. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya: Unesa University Press
Richard A. Schmidt. 1991. Motor Learning & Performance. United States of America : Human Kinetic Publisher.
Robinson, B., 1997. Bolavoli Bimbingan, Petunjuk dan Teknik Bermain. Semarang: Dahara Prize.
Rusli  Lutan.  1998.  Strategi  Pembelajaran  Pendidikan  Jasmani  dan  Kesehatan. Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
--------dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
--------dkk. 1997. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK IKIP Bandung. Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Schmidt,  Richard  A.  1991.  Motor  Learning  and  Performance:  from  principles  to practice. England: Human Kinetics Publisher (UK). Ltd.
Setyobroto Sudibyo. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: PT. Anem Kosong Anem.
Siswandari. 2002. Statistika Terapan bagi Para Peneliti. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Snelbeeker,     Glenn    E.    1974.    Learning    Theory,    Instructional
Theory and Psychoeducational Desaign, New York. McGraw Hill Book. Company.
Soekamto, Toeti., Wardam, I.G.A.K., Wirnasaputra, Udin S. 1992. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Strand,  B.N.,  Wilson,R.  1993.  Assesing  Sport  Skill.  Champaign:  Human  Kinetics Publishers.
Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito. Sudjana. 1995. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.
Sudjana. 1995. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung. Tarsito.
Sudjarwo   dan   Sugiyanto,   1994.    Perkembangan   dan    Belajar    Gerak. Jakarta. Depdikbud.
Suharno. H.P. 1985. Dasar-dasar Permainan Bolavoli. IKIP Yogyakarta: Andi Offset. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan-Kompetensi dan praktiknya. Jakarta.
PT. Bumi Aksara.
Sukintaka. 2004. Filosofi, Pembelajaran, dan Masa Depan Teori Pendidikan Jasmani. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Syarifuddin Aip, 2003. Panduan Olahraga Bolavoli. Jakarta. PT. Grasindo. Syah Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada.
Thoha Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Viera, Barbara L. dan  Fergusson,  Bonnie J. 1996. Bolavoli Tingkat Pemula. Alih Bahasa Monti. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Welkowitz, Joan., Ewen, Robert B., Cohen, Jacob. 1982. Introductory Statistic for the Behavioral Science, Orlando: Harcout Brace Javanovich. Inc.
William J.Ray dan Richard Ravizza. 1988. Method Forward a Science of Behavior and Experience. California: Wadsworth Publishing Company Belum.